GLAGOW, KOMPAS.com - Dua naskah penting menyangkut deal untuk mengatasi masalah perubahan iklim keluar pada Rabu (10/11/2021) sekitar pukul 6 pagi GMT.
Dua draft yang disebut CP26 (merujuk pada naskah umum terkait perundingan COP26) dan CMA3 (terkait implementasi Persetujuan Paris pada 2015) akan jadi dasar tiap negara untuk berunding soal cara mengatasi krisis iklim.
Bagi publik di Indonesia, naskah itu akan menentukan apakah Monas akan menjadi pantai dan Indonesia kehilangan ratusan pulau karena naiknya permukaan laut puluhan tahun mendatang.
Jika naskah yang menurut jadwal harus disetujui pada Jumat (12/11/2021) itu tidak mencerminkan ambisi tinggi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, maka yang publik Indonesia khawatirkan kemungkinan besar terjadi.
Baca juga: Dua Produsen Emisi Karbon Terbesar, AS dan China, Bersatu Atasi Krisis Iklim
Pengamat iklim, lingkungan dan negosiator mengungkapkan bahwa dua naskah yang keluar kemarin memberi sejumlah harapan bagi negara berkembang seperti Indonesia.
Iskhaq Iskandar, Guru Besar Universitas Sriwijaya mengungkapkan, harapan terlihat dari teks soal ambisi lebih tinggi untuk mengurangi emisi.
"Ada komitmen kerjasama internasional lebih kuat untuk mencegah kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius hingga 2100," katanya.
Iskhaq yang juga Penulis Utama Laporan 6 (AR6) Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) Kelompok Kerja I menambahkan, itu senada dengan rekomendasi ilmuwan di Kelompok Kerja 1.
Harapan lain adalah adanya desakan pada negara maju untuk menghimpun dana melampaui 100 juta dolar AS bagi negara berkembang guna kepentingan mitigasi dan adaptasi.
Baca juga: Minggu Kedua COP26, Indonesia Pastikan Janji-janji Pendanaan Iklim
"Ini adalah sesuatu yang melegakan bagi negara berkembang," kata David Waskow, International Climate Director dari World Resources Institute dalam diskusi dengan media peliput COP26 kemarin.
Negara maju sebelumnya diminta berkontribusi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim negara berkembang dengan total dana 100 juta dolar hingga 2020. Target itu gagal dipenuhi negara maju sehingga memicu kekecewaan.
"Poin pendanaan itu adalah peluang yang sangat bagus bagi Indonesia untuk menyiapkan kerangka kerja adaptasi dan mitigasi iklim yang terukur dengan baik," papar Iskhaq.
Naskah juga mendorong setiap negara untuk mengembangkan solusi berbasis alam dan kearifan lokal untuk memenuhi target pengurangan emisi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.