Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

L'Oréal dan UNESCO Dukung Penuh Para Peneliti Perempuan di Indonesia

Kompas.com - 11/11/2021, 09:00 WIB
Zintan Prihatini,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Brand L'Oréal Indonesia bersama dengan UNESCO bekerja sama untuk mendukung para peneliti perempuan di Indonesia di bidang sains dalam segi pembiayaan.

Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Dr Itje Chodidjah mengungkapkan, sains berperan penting dalam keberlangsungan hidup manusia.

Maka dari itu, dukungan penuh dari UNESCO untuk program For Women In Science National Fellowship bagi peneliti perempuan yang sudah berjalan selama 20 tahun di 52 negara ini harus terus dilanjutkan.

"Begitu banyak perubahan yang kita lihat dan alami dalam kurun waktu hampir dua tahun belakangan ini. Sejumlah perubahan yang begitu tiba-tiba dan dituntut cepat tentu saja tidak akan terjadi tanpa sains," ujarnya dalam konferensi media bertajuk L'Oréal-Unesco For Women In Science National Fellowship 2021, Rabu (10/11/2021).

Baca juga: Pertama di Dunia, Peneliti Malaysia Kembangkan Kondom Unisex

Menurutnya, kontribusi sains telah membantu menyelamatkan dunia dalam menangani dampak pandemi Covid-19, mulai dari penyebarannya hingga metode pencegahannya.

"Hari ini kita menyambut empat perempuan kebanggaan kita. Mereka tidak hanya memikirkan bagaimana memberikan dampak bagi kehidupan manusia, namun juga turut memberikan dampak pada ekosistem laut," lanjut Itje.

Di Indonesia, program tersebut diselenggarakan melalui kerja sama antara Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) dan didukung Kemendikbud Ristek, Kementerian PPPA, serta ALMI.

Program ini memilih empat peneliti perempuan asal Indonesia dengan bidangnya masing-masing yang diharapkan akan bermanfaat bagi kehidupan manusia di masa depan.

Penelitian yang dibiayai program For Women In Science National Fellowship 2021

1. Penelitian pakan udang yang aman dan bermutu tinggi

Penelitian pertama datang dari peneliti asal Institut Teknologi Bandung, Dr Magdalena Lenny Situmorang yang meneliti mekanisme pertahanan udang putih terhadap infeksi bakteri vibrio parahaemolyticus.

Menurutnya, saat ini pendekatan one health dengan memprioritaskan kesehatan hewan, lingkungan, maupun manusia penting dilakukan.

Kendati Indonesia adalah produsen udang terbesar kedua di dunia, namun produksi udang di Indonesia masih didominasi tambak tradisional dengan sistem terbuka yang berisiko tinggi terkena wabah penyakit serta mengancam lingkungan.

Oleh karenanya, udang dapat berbahaya jika dikonsumsi manusia karena dapat terjangkit penyakit yang disebabkan bakteri vibrio parahaemolyticus. Penggunaan antibiotik untuk mengendalikan infeksi pada industri udang pun kerap ditemui. Padahal, residu antibiotik dapat menyebabkan resistensi antibiotik.

"Penelitian yang akan saya lakukan bertujuan untuk memahami mekanisme peningkatan dari pertahanan sistem tubuh udang terhadap vibrio dalam sistem tertutup. Pemahaman ini sangat diperlukan supaya nantinya teknologi dapat diimplementasikan pada skala industri secara optimal," jelas Magdalena dalam keterangannya.

Ia berharap, penelitian ini dapat memberikan solusi sistem produksi udang yang lebih tangguh tanpa menggunakan antibiotik.

2. Penelitian senyawa biota laut sebagai obat kanker payudara

Peneliti perempuan kedua adalah Peni Ahmadi yang merupakan peneliti di Badan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Peni meneliti senyawa bioaktif dari invertebrata laut Indonesia yang berpotensi sebagai obat kanker payudara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com