Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Penyebaran Covid-19 di Afrika Tidak Separah Benua Lain?

Kompas.com - 13/09/2021, 12:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Tim peneliti internasional telah mengumpulkan dan menganalisis filogenetik dan filogeniografi pada sejumlah besar data yang terkait dengan pengujian virus SARS-CoV-2 pada orang-orang di Afrika.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Science.

Pandemi global Covid-19 telah berlangsung selama hampir dua tahun.

Namun selama waktu itu, banyak komunitas ilmiah dan media telah mencatat bahwa penyebaran kasus Covid-19 di Afrika tidak separah negara di benua lainnya.

Ini masih menjadi misteri bagi para ilmuwan yang belum terjawab.

Baca juga: 2 Riset Terbaru Obat untuk Covid-19, Salah Satunya Cegah Pembekuan Darah

Dilansir dari Medical Xpress, Jumat (10/9/2021), dalam upaya untuk mengetahui apa yang terjadi di Afrika, para peneliti bertanya-tanya apakah dampak Covid-19 di Afrika sebenarnya sama seperti negara lain tetapi karena pencatatan kasus yang tidak efektif, tingkat pandemi yang sebenarnya belum diketahui.

Untuk mengetahui apakah itu masalahnya, tim melakukan pengumpulan dan analisis data lengkap yang diperoleh dari berbagai entitas yang melibatkan 33 negara di seluruh benua Afrika.

Data ini mencakup periode waktu yang berbeda sejak pecahnya pandemi Covid-19.

Mereka kemudian menganalisis filogenetik dan filogenografi dari data untuk memungkinkan pelacakan penyebaran penyakit di Afrika dan untuk menentukan dampak sebenarnya dari pandemi Covid-19 di sana.

Untuk diketahui, dalam biologi, filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses evolusi yang dianggap mendasarinya

Hasil analisis dari data besar ini meunjukkan, selama tahap awal pandemi, sebagian besar kasus Covid-19 di Afrika berasal dari luar benua, kebanyakan dari Eropa.

Tetapi selama gelombang kedua (yang jauh lebih mematikan di Afrika), sebagian besar kasus berasal dari dalam Afrika sendiri.

Baca juga: Mengapa Kekebalan Anak terhadap Covid-19 Lebih Baik? Studi Jelaskan

Mereka juga menemukan bahwa selama pandemi, beberapa variasi virus SARS-CoV-2 muncul.

Varian dari Afrika ini dinamai B.1.525, B.1.351, C.1.1 dan A.23.1.

Para peneliti juga menemukan bukti kurangnya pelaporan infeksi dan kematian, ini membuat ahli tidak dapat menentukan seberapa besar laporan infeksi dan kematiannya.

Para peneliti menyarankan bahwa terlepas dari jumlah infeksi yang tampak rendah,  Afrika tidak dapat diabaikan dalam perjuangan untuk mengakhiri pandemi.

"Hanya 3,2 persen orang di Afrika yang telah divaksinasi. Ini menunjukkan bahwa Afrika berpotensi besar jadi tempat kelahiran varian baru yang tidak merespons vaksin saat ini," cata para peneliti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com