Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Tegur Indonesia karena Mobilitas di Jawa Naik, Epidemiolog Ingatkan Pandemi Belum Usai

Kompas.com - 23/08/2021, 14:01 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan WHO Situation Report per 18 Agustus 2021 menyebutkan, bahwa mobilitas masyarakat meningkat usai pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM pada 26 Juli 2021.

Peningkatan mobilitas, terjadi di stasiun transit, area ritel, dan tempat rekreasi di provinsi di Jawa dan Bali.

Seperti telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, data baru WHO menunjukkan, mobilitas di tempat-tempat tersebut telah mencapai tingkat pra-pandemi di beberapa wilayah utama, seperti di provinsi Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah yang secara kolektif menampung sekitar 97 juta orang.

Baca juga: Pulang atau Tidak Pulang: Mobilitas Pelajar Indonesia Jelang Hari Raya Idul Fitri

Adapun yang dimaksud area ritel dan rekreasi mengacu pada restoran, kafe, pusat perbelanjaan, perpustakaan, museum, dan taman hiburan.

Oleh sebab itu, WHO mendesak Indonesia untuk mengambil tindakan demi menekan penyebaran virus corona.

"Perumusan rencana konkret dan tindakan mendesak sangat penting untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak peningkatan mobilitas pada transmisi dan kapasitas sistem kesehatan," tulis laporan itu.

Apalagi, penyebaran varian Delta yang sangat menular, telah menyebabkan kasus virus corona harian di Indonesia mencapai lebih dari 56.000 pada bulan lalu.

Kondisi tersebut membuat rumah sakit di pulau Jawa kewalahan menangani pasien, hingga kekurangan tempat tidur dan oksigen.

Menanggapi hal tersebut, pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani mengatakan, meski angka kasus positif saat ini mulai turun, kewaspadaan tidak boleh menurun, karena saat ini masih dalam kondisi pandemi.

“WHO ini mengingatkan agar seluruh Negara harus tetap waspada. Terutama terkait mobilisasi dan aktivitas perekonomian yang berpotensi memunculkan kerumunan,” ujar Laura pada Kompas.com, Senin (23/8/2021).

Baca juga: Angka Kematian Covid-19 Dihapus, Epidemiolog: Bukan Hanya Salah, Ini Berbahaya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com