Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/08/2021, 19:02 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.comVirus Marburg pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967, saat wabah demam berdarah terjadi bersamaan di Marburg dan Frankfurt, Jerman, serta Beogard, Siberia.

Wabah demam berdarah menyebar di laboratorium di tiga kota tersebut. Awalnya, 31 pekerja laboratorium jatuh sakit dan kemudian diikuti oleh beberapa tenaga medis dan anggota keluarga mereka.

Adapun inang reservoir virus Marburg adalah kelelawar buah asal Afrika, Rousettus aegyptiacus.

Kelelawar buah tersebut tidak menunjukkan tanda penyakit yang jelas setelah terinfeksi Marburg, namun primata, termasuk manusia, dapat mengembangkan sakit yang parah jika terkena virus ini.

Penularan virus Marburg

Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tidak diketahui bagaimana virus Marburg pertama kali menular dari hewan inangnya ke manusia.

Baca juga: 5 Fakta Virus Marburg yang Bisa Sebabkan Penyakit Ganas

Namun, di tahun 2008 silam, terdapat dua kasus infeksi virus Marburg yang menyerang dua orang turis asal Amerika dan Belanda di Uganda.

Dari kasus tersebut, kontak tanpa pelindung dengan kotoran kelelawar buah yang terinfeksi atau aerosol merupakan cara penularan yang paling mungkin.

Setelah penularan virus Marburg dari hewan inang ke manusia, penyebaran pun terjadi melalui kontak orang ke orang.

Penyebarannya dapat terjadi dengan beberapa cara, seperti kontak langsung dengan tetesan cairan tubuh orang yang terinfeksi atau kontak dengan peralatan yang terkontaminasi darah atau jaringan yang menular.

Dalam wabah sebelumnya, orang yang menangani primata non-manusia terinfeksi atau telah melakukan kontak langsung dengan cairan atau kultur sel mereka telah terinfeksi.

Baca juga: Gejala Virus Marburg, Demam Tinggi hingga Pendarahan

Gejala virus Marburg

Masa inkubasi virus Marburg berkisar antara 2 hingga 21 hari. Dilansir dari WebMD, berikut adalah beberapa gejala virus Marburg:

1. Demam tinggi

2. Sakit kepala parah

3. Sakit dan nyeri otot

4. Diare berair yang parah

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com