Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Kesehatan Masyarakat: Angka Kematian Covid-19 Tak Boleh Dihapus, Ini yang Harusnya Diperbaiki

Kompas.com - 11/08/2021, 13:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Dihapusnya angka kematian dalam indikator penanganan Covid-19 dinilai salah dan berbahaya oleh para ilmuwan.

Jika alasan dihapusnya angka kematian karena kualitas data dan keterlambatan pelaporan, pakar kesehatan masyarakat mengatakan bahwa yang harusnya diperbaiki adalah sistem manajeman data. Bukan dengan menghapus atau menghilangkan angka kematian itu.

Diberitakan Selasa (10/8/2021), Pemerintah mengeluarkan angka kematian dari indikator penanganan Covid-19 karena adanya masalah dalam input data yang disebabkan akumulasi dari kasus kematian di beberapa minggu sebelumnya.

Hal itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan saat mengumumkan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (9/8/2021).

Baca juga: Angka Kematian Covid-19 Dihapus, Epidemiolog: Bukan Hanya Salah, Ini Berbahaya

Dengan dikeluarkannya angka kematian dari indikator penanganan Covid-19 karena ada problem pendataan, terdapat 26 kota dan kabupaten yang level PPKM-nya turun dari level 4 menjadi level 3.

"Dalam penerapan PPKM level 4 dan 3 yang dilakukan pada tanggal 10 sampai 16 Agustus 2021 nanti, terdapat 26 kota atau kabupaten yang turun dari level 4 ke level 3. hal ini menunjukkan perbaikan kondisi di lapangan yang cukup signifikan," kata Luhut.

"Evaluasi tersebut kami lakukan dengan mengeluarkan indikator kematian dalam penilaian karena kami temukan adanya input data yang merupakan akumulasi angka kematian selama beberapa minggu ke belakang. Sehingga menimbulkan distorsi dalam penilaian," lanjut Luhut.

Kata pakar kesehatan masyarakat

Pakar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar Dr.Irwandy,SKM.,M.Kes.,MSc.PH, mengatakan bahwa kebijakan penghapusan angka kematian dalam indikator penanganan Covid-19 tidak tepat.

"Angka kematian merupakan indikator vital dalam memonitor dan mengevaluasi penanganan pandemi," jelasnya.

Dia memberi contoh, indikator kematian dapat menunjukkan kepada kita bagaimana tingkat keparahan suatu penyakit.

"Selain itu dengan menganalisis indikator kematian kita bisa mengetahui populasi rentan yang harus menjadi prioritas untuk dilindungi," imbuhnya.

Dalam data saat ini, kata Irwandy, kita bisa melihat bahwa angka infeksi Covid-19 yang paling tinggi ada pada kelompok umur muda tapi yang meninggal justru ditemukan paling tinggi adalah populasi lansia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com