Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Ungkap Badai Sitokin Sebabkan Delirium, Kebingungan yang Dialami Pasien Covid-19

Kompas.com - 13/02/2021, 10:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu dari berbagai gejala tidak biasa yang muncul pada pasien Covid-19 adalah kondisi yang disebut brain fog atau kabut otak, yang menyebabkan delirium.

Gejala ini ditandai dengan kebingungan, sakit kepala, dan kehilangan ingatan jangka pendek. Dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan psikosis dan bahkan kejang. Biasanya gejala delirium muncul beberapa minggu setelah seseorang pertama kali dinyatakan positif Covid-19.

Dalam edisi 8 Februari 2021, jurnal Cancer Cell, tim multidisiplin dari Memorial Sloan Kettering (MSK) melaporkan penyebab utama brain fog, yaitu karena adanya molekul inflamasi dalam cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (disebut cairan serebrospinal).

Baca juga: Selain Risiko Kematian, Pasien Covid-19 Dihantui Gejala Menetap

Temuan menunjukkan, bahwa obat anti-inflamasi, seperti steroid, mungkin berguna untuk mengobati kondisi tersebut, tetapi diperlukan lebih banyak penelitian terkait hal ini.

"Kami dihubungi oleh kolega kami yang melakukan pengobatan perawatan kritis, yang telah mengamati delirium parah pada banyak pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19," kata Jessica Wilcox, Kepala neuro-onkologi di MSK dan salah satu penulis pertama dari studi baru ini.

"Pertemuan itu berubah menjadi kolaborasi yang luar biasa antara neurologi, perawatan kritis, mikrobiologi, dan neuroradiologi untuk mempelajari apa yang sedang terjadi dan untuk melihat bagaimana kami dapat membantu pasien kami dengan lebih baik."

Mengenali Gejala Brain Fog

Melansir Science Daily, menurut dr. Wilcox, istilah medis untuk brain fog ini adalah ensefalopati. Biasanya ini adalah efek samping pada pasien yang menerima jenis imunoterapi yang disebut terapi sel T reseptor antibodi chimeric (CAR), pengobatan untuk kanker darah.

Ketika terapi sel CAR T diberikan, hal itu menyebabkan sel kekebalan melepaskan molekul yang disebut sitokin, yang membantu tubuh untuk membunuh kanker.

Dan sitokin rupanya bisa meresap ke area sekitar otak dan menyebabkan peradangan.

Penanda inflamasi yang ditemukan pada pasien Covid-19 ini serupa, tetapi tidak identik dengan yang terlihat pada orang yang telah menerima terapi sel CAR T.

Dengan terapi sel Covid-19 dan CAR T, efek neurologis muncul beberapa hari atau minggu kemudian.

“Dan seperti halnya terapi sel CAR T, efek neurologis terkadang tertunda. Respons inflamasi awal dengan pengobatan sel CAR T sangat mirip dengan reaksi yang disebut badai sitokin yang sering dilaporkan pada orang dengan Covid-19,” jelas Dr. Wilcox.

Pada pasien sel CAR T, gejala neurologis diobati dengan steroid, tetapi dokter belum mengetahui peran pengobatan anti inflamasi untuk orang dengan gejala neurologis pada Covid-19.

Baca juga: Covid-19 Sebabkan Kelelahan, Begini Efek Virus Corona SARS-CoV-2 pada Otak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com