Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

September Kemarau tapi Masih Berpotensi Hujan, Begini Analisis BMKG

Kompas.com - 24/08/2020, 07:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Puncak musim kemarau periode ini berlangsung di bulan Agustus. Namun nyatanya, curah hujan bahkan dengan intensitas tinggi masih sering terjadi.

Dijelaskan prakirawan senior BMKG, Dr. Ida Pramuwardani ST MSi dalam akun resmi instagram @InfoBMKG, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan masih sering terjadi hujan di periode puncak musim kemarau kali ini.

  1. Anomali suhu muka laut menyuplai pembentukan awan hujan
  2. Masih banyak ditemukan gelombang atmosfer di langit Indonesia
  3. Angin lapisan 3.000 feet yang berpengaruh dengan topografi Indonesia dan membentuk awan hujan

Baca juga: Kemarau tapi Kok Sering Hujan? BMKG Ungkap 3 Faktor Penyebabnya

Seperti diketahui, Badan Meteolorogi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah megeluarkan keterangan tertulis yang menyebutkan puncak musim kemarau di tahun 2020 terjadi pada bulan Agustus 2020.

Berdasarkan analisis BMKG, ternyata sekitar 80,41 persen wilayah Indonesia telah masuk musim kemarau. Sedangkan, 19,59 persen wilayah masih mengalami musim hujan.

Lantas bagaimana prakiraan curah hujan bulan September 2020?

Peta prakiraan curah hujan bulanan BMKG pada bulan September 2020 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan akan mengalami curah hujan rendah, di antaranya seperti berikut:

  • Jawa
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat (NTB)
  • Nusa Tenggara Timur (NTT)
  • Sulawesi Selatan
  • Maluku bagian selatan dan tenggara
  • Papua bagian selatan

Ida berkata, curah hujan ini akan berangsur meningkat pada bulan Oktober, dan pada bulan November sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Bali, NTB, NTT, Maluku bagian selatan dan Papua bagian selatan akan mengalami curah hujan bulanan yang tinggi.

"Kami juga menyampaikan himbauan kepada sobat BMKG agar tetap waspada terhadap potensi terjadinya hujan yang disertai kilat atau petir dan angin kencang yang berdurasi singkat," kata dia.

Baca juga: Musim Kemarau Indonesia, Ini Daftar Wilayah Tak Diguyur Hujan 2 Bulan

Terutama atau khususnya, kata Ida, untuk daerah dengan topografi berupa perbukitan dan pegunungan, karena di wilayah tersebut proses pengangkatan massa udara labil akan lebih mudah terbentuk.

Hal inilah yang pada akhirnya akan mengakibatkan atau menimbulkan potensi hujan, meskipun dalam periode musim kemarau.

Selain itu juga, BMKG mengingatkan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah yang mudah terjadi kebakaran hutan untuk lebih waspada juga.

"Karena dalam periode ini di musim kemarau ini, potensi kebakaran hutan akan lebih mudah terjadi, misalnya wilayah di Nusa Tenggara Timur," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com