Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumber Utama Polusi Udara Jakarta Ternyata Bukan Transportasi, Kok Bisa?

Kompas.com - 12/08/2020, 13:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jakarta merupakan salah satu kota dengan kualitas udara paling buruk serta paling macet di dunia.

Alhasil, banyak orang meyakini bahwa sumber utama polusi udara di Jakarta adalah polutan atau emisi yang dihasilkan oleh transportasi darat yang hilir-mudik di ibukota.

Namun, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemicu utama yang cukup signifikan dalam pencemaran udara di Jakarta adalah emisi tidak bergerak yang datang dari daerah lintas batas dengan Jakarta.

Laporan terbaru itu diluncurkan oleh lembaga penelitian Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Selasa (11/8/2020).

Baca juga: Tipu Muslihat Emisi Gas Rumah Kaca di Balik Langit Bersih Saat Corona

Banten dan Jabar penyumbang tertinggi emisi Jakarta

Analis CREA, Isabella Suarez, dalam pemaparannya menerangkan bahwa sumber emisi tidak bergerak yang mencemari ruang udara Jakarta itu bisa berasal dari pembangkit listrik batu bara, pabrik, dan fasilitas industri lainnya.

Untuk diketahui, ruang udara Jakarta mencakup area di mana emisi memengaruhi kualitas udara yang luasnya melampaui batas administratif Provinsi Jakarta itu sendiri, di antaranya Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Puncak dan Cianjur, bahkan meluas hingga Sumatera Selatan, Lampung dan Jawa Tengah.

Isabella berkata bahwa emisi pencemar udara di Jakarta, dan juga provinsi-provinsi sekitarnya, telah meningkat hingga memperburuk kualitas udara dan menghambat upaya perbaikan kualitas udara itu sendiri.

Periode tahun 2017 hingga 2020 juga disebut sebagai tahun-tahun puncak polusi udara di Jakarta.

Baca juga: Terkenal Buruk, Begini Kualitas Udara Jakarta Selama Pandemi Covid-19

"Makanya situasi sekarang itu buruk, apalagi jika kita tetap abai saja," kata dia.

Dalam laporan itu, tercatat bahwa polutan buruk di Jakarta adalah pembuangan yang berasal dari emisi gas Sulfur Dioksida (SO2), gas rumah kaca (NOx), dan partikulat PM 2,5 yang justru ditemukan jauh lebih tinggi di wilayah lintas batas Jakarta.

Dengan kata lain, emisi SO2, NOx, PM 2,5 dari Banten dan Jawa Barat didapati jauh lebih tinggi, hingga mencapai dua kali lipat atau bahkan empat kali lipat, dibandingkan dengan Jakarta.

Isabella menuturkan, emisi berbahaya itu sebagian besar disebabkan oleh industri dan pembangkit listrik.

"Dari temuan kita, justru polusi di Jakarta itu berasal dari pembangkit listrik dan sektor industri tinggi di wilayah Serang Banten, maupun Jawa Barat. Bukan dari transportasi wilayah itu (Jakarta)," kata Isabella dalam diskusi daring bertajuk Polusi Lintas Batas: Darimana Asal Kerumunan Gas Beracun di Kota Jakarta?, Selasa (11/8/2020).

Baca juga: Perang Lawan Polusi Udara Belum Berakhir, Ini Kondisi Terkininya

CREA mencatat, ada 136 fasilitas industri terdaftar termasuk pembangkit listrik yang bergerak di sektor-sektor dengan emisi tinggi di Jakarta dan berada dalam radius 100 kilometer dari batas administratif ibukota.

Fasilitas industri tersebut sebanyak 16 unit berlokasi di DKI Jakarta, 62 di Jawa Barat, 56 di Banten, satu di Jawa Tengah dan terakhir di Sumatera Selatan.

Menurut estimasi CREA, pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara (PLTU Batu Bara) yang berada dalam radius 100 kilometer dari batas administratif ibukota bertanggung jawab atas sekitar 2.500 kematian dini di wilayah Jabodetabek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com