KOMPAS.com - Paper ilmiah berjudul "Indonesian Throughflow as a preconditioning mechanism for submarine landslides in the Makassar Strait" yang ditulis oleh Brackenridge dkk dan dipublikasikan oleh Geological Society of London di jurnal Lyell Collection pada awal April 2020 menjadi viral di Indonesia.
Hal ini disebabkan sekelompok ilmuwan mengungkap potensi risiko tsunami akibat longsoran dasar laut dekat wilayah yang dipilih Pemerintah Indonesia sebagai calon ibu kota baru, Kalimantan Timur.
Berkaitan dengan riset tersebut, ahli gempa sekaligus Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, angkat bicara.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Risiko Tsunami Dekat Calon Ibu Kota Baru Indonesia
"Kami tentu mengapresiasi penelitian ini, karena selain memperkaya khasanah pengetahuan kita terkait bahaya sedimentasi dan longsoran di dasar laut, juga memberi petunjuk kepada kita adanya potensi bahaya tsunami akibat longsoran di dasar laut Selat Makassar," kata Daryono dalam keterangan resmi kepada Kompas.com, Senin (27/4/2020).
Daryono mengatakan, hasil kajian itu dapat membantu kita dalam mengestimasi tingkat bahaya tsunami yang mungkin terjadi, sehingga kita dapat menyiapkan strategi mitigasinya.
Menurut catatat sejarah gempa dan tsunami di Indonesia, ada beberapa kasus tsunami masa lalu yang hingga kini belum terungkap penyebabnya dan diduga tsunami ini berasosiasi dengan longsoran dasar laut, seperti:
"Dalam semua peristiwa tersebut, tsunami tidak didahului oleh aktivitas gempa tektonik," terang Daryono.
Peristiwa Tsunami Pulau Sumber Gelap 1917 hingga kini belum diketahui sebabnya.
Tsunami setinggi 1,5 meter ini teramati di Pulau Sumber Gelap dan menimbulkan kerusakan parah di Pantai Pagatan, Kalimantan Selatan.
Adakah kaitan peristiwa tsunami ini dengan fenomena longsoran dasar laut seperti yang dimaksud dalam kajian peneliti asing tersebut?
Daryono mengatakan, hingga kini hal tersebut masih menjadi misteri dan dibutuhkan kajian khusus yang mendalam, termasuk kajian paleotsunami untuk menjawabnya.
Selain Selat Makassar, beberapa wilayah perairan Indonesia diduga memiliki kawasan rawan longsor dasar laut yang dapat membangkitkan tsunami.
"Sehingga, kita sebenarnya membutuhkan banyak kajian potensi longsoran dasar laut, khususnya di samudra Hindia, Selat Sunda, Laut Flores, Laut Banda, Laut Maluku, dan Laut Utara Papua," ungkap Daryono.
Beberapa peristiwa tsunami mematikan di Indonesia, di antaranya diduga diamplifikasi oleh dampak ikutan berupa longsoran dasar laut seperti:
Baru-baru ini kita mengalami dua kali peristiwa tsunami destruktif akibat longsoran, yaitu Tsunami Selat Sunda akibat longsoran Gunung Anak Krakatau pada 22 Desember 2018 dan Tsunami Teluk Palu akibat longsoran saat gempa Palu pada 28 September 2018.