KOMPAS.com - Penolakan jenazah pasien Covid-19 untuk dikubur di pemakaman lingkungan warga asal pasien acapkali terjadi. Polemik ini dikatakan sebagai permasalahan stigma di masyarakat.
Lantas, bagaimana persoalan stigmatisasi dalam polemik jenazah pasien Covid-19 ini?
Menurut Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Panji Hadisoemarto MPH, penolakan pemakaman jenazah di lingkungan asal ini menunjukkan masih adanya stigma di masyarakat.
"Penyebab dasarnya menurut saya adalah stigma," kata Panji kepada Kompas.com, Rabu (8/2020).
Baca juga: Jangan Tolak Jenazah Pasien Covid-19, Corona Tidak Menyebar di Tanah
Stigma ini, kata dia, tidak hanya ditujukan kepada jenazah orang yang terkena Covid-19 saja, melainkan juga berlaku terhadap orang-orang yang sakit ataupun yang dianggap membawa risiko menularkan Covid-19, termasuk tenaga kesehatan.
Beberapa waktu lalu, selain viral video penolakan jenazah pasien Covid-19, juga ada kabar tenaga medis yang diusir dari kost karena menangani corona. Hal yang sama juga dialami oleh beberapa orang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Keluarga dari pasien positif Covid-19, dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) juga tidak sedikit yang kemudian dijauhi oleh warga di sekitar mereka.
Alasannya, bukan karena sedang menjaga jarak aman atau physical distancing, tetapi ketakutan dan kekhawatiran orang-orang itu dapat merugikan masyarakat karena berpotensi menularkan virus.
Baca juga: Update Corona 9 April: 1,51 Juta Orang Terinfeksi, 330.589 Sembuh