Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Wabah Corona, 4 Hal Penting agar Indonesia Tak Jadi Italia-nya ASEAN

Kompas.com - 31/03/2020, 20:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Irwandy


HANYA dalam hitungan kurang dari satu setengah bulan, pandemi Covid-19 telah melumpuhkan sistem kesehatan masyarakat di Italia.

Hal serupa juga berpotensi terjadi di Indonesia jika pemerintah tidak segera mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan keadaan terburuk dari penyebaran penyakit global ini.

Sejak 19 Maret 2020, Italia menempati urutan pertama negara dengan angka kematian tertinggi (per 26 Maret sekitar 7.500 kematian) akibat pandemi Covid-19. Angka tersebut melampaui China yang bertahan pada angka sekitar 3.200 kematian walau jumlah kasus di China lebih banyak dan diserang virus ini lebih awal dibanding Italia.

Angka kematian di Indonesia per 26 Maret akibat Covid-19 menempati urutan tertinggi (78 kasus kematian) di kawasan ASEAN. Kasus baru tiap hari juga terus bertambah secara eksponensial.

Jika dianologikan, maka Indonesia saat ini dapat disebut sebagai “Italia-nya ASEAN”.

Jika pemerintah tidak mengantisipasi ancaman ini dengan cepat dan tepat, tingginya jumlah kematian di Italia akibat Covid-19 dapat juga terjadi di Indonesia.

Apalagi beberapa ilmuwan Indonesia memprediksi ada 11.000-71.000 kasus pada akhir April 2020 di Indonesia bila pemerintah tidak segera mengambil intervensi secara besar-besaran untuk memperlambat laju penyebaran virus.

Jika tak ingin bernasib seperti Italia, pemerintah pusat dan daerah harus memiliki sebuah “rencana responsif” dengan fokus kepada empat strategi pokok: perlindungan masyarakat umum, perlindungan populasi rentan dan berisiko, perlindungan tenaga kesehatan, dan peningkatan kapasitas layanan kesehatan.

Perlindungan masyarakat umum

Karena obat dan vaksin Covid-19 belum ditemukan, satu-satunya cara untuk menekan peningkatan jumlah penderita dan kematian akibat penyakit ini adalah memutus rantai penularan.

Berbagai negara telah mengambil kebijakan mengkarantina wilayah (lockdown) total seperti China dan Italia, sebagian wilayah seperti Malaysia atau pembatasan jarak antarindividu 1-2 meter (social distancing) seperti Korea Selatan dan Singapura. Indonesia saat ini memilih pendekatan pembatasan jarak sosial.

Apa yang dapat kita pelajari dari Italia?

Italia dikenal memiliki masyarakat dengan budaya sosial yang tinggi. Masyarakat di sana sangat senang berkumpul, bersosialisasi, dan hidup bersama keluarga besar dalam satu rumah.

Perilaku yang senang berkumpul ini tidak hanya dilakukan oleh penduduk usia muda, tapi juga oleh para penduduk usia lanjut. Masyarakat Italia juga memiliki keyakinan yang sangat tinggi terhadap kuatnya sistem pelayanan kesehatan mereka.

Hal ini mempengaruhi perilaku masyarakat di sana dalam menghadapi Covid-19 khususnya pada awal penyebaran Virus.

Kasus pertama di Italia dilaporkan pada 15 Februari 2020 dengan jumlah 3 kasus positif. Kemudian, negara itu pertama kali menerapkan kebijakan lockdown terbatas atau sebagian pada 21 Februari 2020 di beberapa kota di Lombardy dengan angka kasus pada saat itu baru mencapai 21 kasus positif dan 1 pasien meninggal.

Sayangnya, ketegasan pemerintah dalam menerapkan lockdown waktu itu dinilai lemah. Penduduk masih diizinkan untuk meninggalkan rumah mereka walaupun sekolah dan tempat kerja telah diliburkan.

Transportasi umum juga masih diizinkan untuk beroperasi dan melewati daerah karantina tersebut.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com