KOMPAS.com - Setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan beraktivitas seperti biasa, seorang pria Jepang dilaporkan kembali dirawat karena positif terinfeksi lagi virus corona.
Pada 14 Februari lalu, pria Jepang berusia 70 tahun terkena Covid-19 dan dirawat di sebuah rumah sakit di Tokyo.
Setelah sembuh dari penyakit yang menyerang organ paru ini, beberapa hari kemudian dia kembali sakit dan mengalami gejala demam.
Saat kembali ke rumah sakit untuk memeriksakan diri dan melakukan tes, hasilnya, virus corona kembali menginfeksi tubuhnya.
Baca juga: Mengapa Banyak Pasien Covid-19 Meninggal di Italia?
Seperti melansir dari BBC Indonesia, Senin (23/3/2020), kasus ini kembali dilaporkan media publik Jepang dan membuat waspada para ahli, peneliti dan ilmuwan.
Sebab, banyak anggapan bahwa seseorang tidak bisa terinfeksi Covid-19 sebanyak dua kali, setidaknya dalam waktu berdekatan.
Namun, beberapa negara seperti Inggris, sempat menerapkan pendekatan herd immunity, sebagai strategi untuk penanganan pandemi virus corona ini.
Melalui pendekatan tersebut, diharapkan sebagian besar populasi dapat mengembangkan kekebalan alami sesudah terpapar virus corona, SARS-CoV-2 ini.
Baca juga: WHO: Strategi Lockdown Tak Mampu Perangi Virus Corona
Kendati demikian, pada kasus pria Jepang, skenario tersebut memunculkan keraguan.
Oleh karena itu, komunitas ilmuwan mulai fokus memecahkan permasalahan tentang seberapa mungkin tubuh dapat mengembangkan kekebalan alami setelah pasien sembuh dari penyakit Covid-19 ini.
Jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 terus meningkat secara global, namun pasien sembuh juga semakin bertambah setiap harinya.
Kendati demikian, ratusan penelitu masih terus berpacu mempelajari dampak virus corona, SARS-CoV-2 ini pada manusia.
Salah satunya tentang kekebalan tubuh yang menjadi salah satu faktor penting dalam membantu peneliti memahami perilaku pandemi ini.
Hal ini juga penting dalam upaya pembuatan vaksin yang dapat dibutuhkan untuk memerangi penyakit Covid-19 di seluruh dunia.
Menurut Pan American Health Organization (PAHO) kepada BBC, karena ini adalah virus baru, setiap hari para peneliti masih terus mempelajarinya.