Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sustainability" Jadi Perhatian Pelaku Usaha Furnitur Indonesia

Kompas.com - 03/03/2024, 14:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Isu sustainability menjadi perhatian penting di dunia, termasuk di industri furnitur. Konsumen semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan lebih banyak mencari produk furnitur yang sustainable.

Laporan Transparency Market Research menyebut pasar furnitur ramah lingkungan pada 2023 mencapai 44,2 miliar Dolar AS.

Laporan lain menyebutkan permintaan akan furnitur ramah lingkungan bisa mencapai sekitar 51 miliar dolar AS dan akan terus bertumbuh lagi kedepannya.

Isu ini mendorong Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dan Dyandra Promosindo selaku penyelenggara pameran furnitur unggulan di Indonesia, Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2024.

Baca juga: Pemerintah Wajib Dukung Ekspor Industri Furnitur dan Kerajinan

Acara ini hadir dengan tema REAL yang salah satunya mengusung konsep sustainability atau ramah lingkungan.

Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur mengatakan saat ini, konsumen dunia semakin banyak yang mencari dan memilih produk-produk yang mengusung konsep sustainability.

Pihaknya terus mengingatkan anggota HIMKI untuk menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan tren dan demand buyers internasional, termasuk demand untuk produk ramah lingkungan.

"Di sisi lain, produk tersebut tetap menonjolkan keunikan desain dan keunggulan craftsmanship yang memang menjadi nilai utama produk furnitur kita," jelasnya.

Besarnya potensi pasar furnitur ramah lingkungan harus dimanfaatkan oleh pelaku industri lokal.

Selain terus meningkatkan kemampuan dari sisi desain, Sobur kembali mengingatkan pentingnya penggunaan teknologi.

Baca juga: Jangan Ragu Beli Furnitur Bekas! Ini Sederet Keuntungannya

Sebagai upaya untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi, HIMKI menjalin kerja sama dengan China National Forestry Machinery Association (CNFMA) untuk berbagi pengetahuan terkait pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan produksi.

Terkait bahan baku, ia memaparkan pengelolaan hutan yang baik ikut menjadi penentu masa depan industri furnitur.

Menurutnya, tanpa pengelolaan hutan lestari industri furnitur tidak akan mampu bertahan. Sejatinya, Indonesia tidak kekurangan bahan baku ramah lingkungan, misalnya rotan. Indonesia adalah penghasil rotan terbesar dan terbaik di dunia.

Sementara itu, Chairman CNFMA, WeI Jian, mengakui bahwa pemanfaatan teknologi membawa pengaruh signifikan pada pengembangan industri furnitur.

Ia mengatakan di Tiongkok ada 1.000 perusahaan yang mampu memproduksi 1.100 produk berkat pemanfaatan teknologi.

Baca juga: Pemerintah Wajib Dukung Ekspor Industri Furnitur dan Kerajinan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com