Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencanakan 4 Proyek Baru, Delution Bidik IPO Lima Tahun Mendatang

Kompas.com - 18/03/2023, 05:30 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Delution Land memang belum sebeken Sinarmas Land, Ciputra, atau pun Pakuwon yang merupakan penguasa bisnis properti Indonesia selama puluhan tahun.

Namun, Delution Land pernah menorehkan prestasi bertaraf nasional dan internasional. Melalui induk usaha The Delution Company, sejumlah karyanya menyabet penghargaan bergengsi.

Sebut saja apresiasi dari Architecture Masterprize, Los Angeles, Amerika Serikat, yang diraup tahun 2018, 2019, dan 2020.

Kemudian Architizer A+ Award Best 6 Firm in The World for Architecture + Small Living di New York 2021, untuk proyek “Splow House” yang memenangi penghargaan di New York dan Los Angeles pada 2017 dan 2019 kategori rumah kecil.

Baca juga: Lansir Perumahan Linaya, Delution Land dan SVP Incar Rp 50 Miliar

Dan selanjutnya proyek “Flick House” meraih penghargaan di Spanyol tahun 2019 untuk kategori Green Architecture.

Tak mengherankan jika CEO Group The Delution Company Muhammad Egha demikian percaya diri memasang target dalam lima tahun ke depan; melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Pada saat initial public offering (IPO) nanti, valuasi perusahaan kami mungkin sudah lebih dari 1 juta dollar AS (sekitar Rp 14,5 triliun)," ucap Egha kepada Kompas.com, Jumat (17/3/2023).

Untuk mengejar target itu, Delution Land akan menggenjot produksi properti khusus perumahan compact di empat lokasi wilayah Jadebotabek.

Empat proyek baru ini menggenapi portofolio yang telah dibangun sebelumnya yakni Linaya Community Living di Ciputat, Tangerang Selatan.

Dan proyek terbaru adalah Khasiva Sky Luxury di Jagakarsa, sejumlah 20 rumah dengan harga mulai Rp 2,2 miliar per unit.

Dalam merealisasikan Khasiva Sky Luxury ini, Delution menggandeng pemilik lahan dengan skema kerja sama berbagi untung alias profit sharing.

"Prinsip kami adalah membangun sebanyak mungkin proyek properti tanpa memiliki lahan. Kami bukan penjual tanah, melainkan hunian yang dirancang dengan konsep berbeda," imbuh Egha.

Baca juga: Ernest Kecewa dengan Hasil Renovasi Rumahnya, Ini Tanggapan DELUTION

The Delution Company memulai bisnis pada tahun 2013 sebagai firma arsitektur dan desain interior yang digawangi  Muhammad Egha, Hezby Ryandi, dan Sunjaya Askaria.

Setahun kemudian, Fahmy Desrizal ikut bergabung sebagai Associate Director & Partner guna mempercepat pertumbuhan Delution.

Sejak awal, karya-karya yang dihasilkan terbilang unik dan ikonik bagi kawasan di mana proyek tersebut dibangun.

"Kami juga selalu mengakomodasi kebutuhan dan keterbatasan setiap klien. Visi kami adalah menjadi pelopor dan penggerak utama dari kemajuan peradaban Indonesia lewat inklusivitas ruang ikonik ciptaannya," cetus Egha.

Pada tahun 2018 Delution melakukan restrukturisasi dengan membangun perusahaan induk bernama The Delution Company yang memiliki beberapa anak usaha.

Termasuk Delution Studio dan Delution Home sebagai Konsultan, Delution Build sebagai kontraktor, dan Delution Land sebagai pengembang properti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com