Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Rahasia Struktur Bangunan Romawi Kuno Bisa Tahan Lama

Kompas.com - 14/01/2023, 10:30 WIB
Masya Famely Ruhulessin

Penulis

Sumber MIT News

JAKARTA,KOMPAS.com - Bangunan-bangunan dari Romawi Kuno sudah teruji kekuatannya karena mampu berdiri kokoh selama ribuan tahun.

Salah satu contohnya adalah bangunan The Colosseum (Flavian Amphitheatre) di Roma, Italia. Bangunan beton yang dibangun pada abad ke-1 Masehi tersebut masih berdiri dengan baik hingga saat ini.

Para ilmuwan pun telah lama mencari rahasia dibalik ketahanan struktur beton Romawi kuno, yang tidak hanya bertahan dalam ujian waktu dan kondisi ekstrem.

Baca juga: Lampu Pohon Natal di Roma Hanya Bisa Menyala Dengan Tenaga Pedal

Awalnya penggunaan abu vulkanik dari daerah Pozzuoli, di Teluk Napoli diyakini sebagai elemen kunci dari ketahanan beton tersebut.

Jenis abu khusus ini bahkan dikirim ke seluruh kekaisaran Romawi yang luas untuk digunakan dalam konstruksi sehingga diklaim sebagai bahan utama pembuatan beton saat itu.

Namun para peneliti dari MIT, Universitas Harvard, dan laboratorium di Italia dan Swiss, baru saja mengumumkan bahwa kekuatan beton di zaman Romawi Kuno juga dipengaruhi oleh kehadiran bongkahan kapur berdiameter mini, yang disebut “lime clasts” atau klas kapur.

 

Dalam wawancara bersama MIT News, Profesor teknik sipil dan lingkungan MIT Admir Masic yang juga merupakan bagian dari tim peneliti mengatakan klas kapur ini tidak ditemukan dalam formulasi beton modern.

Sebelumnya, material ini hanya dianggap sebagai sisa campuran atau bahan mentah berkualitas rendah.

Namun Admir dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa pecahan kapur kecil tersebut memberi kepada beton kemampuan memperbaiki diri.

Klas kapur sendiri bisa tercipta dalam proses produksi beton menggunakan teknik pencampuran panas.

Baca juga: Mengenal Bata Aerasi, Bata yang Kekuatannya Mirip dengan Beton

Selama proses tersebut, klas kapur akan mengembangkan arsitektur partikel nano yang rapuh, menciptakan sumber kalsium yang mudah retak dan reaktif. Namun, dapat memberikan fungsi perbaikan struktur.

Untuk membuktikan teori mereka, para peneliti pun membuat sampel beton dengan metode campuran panas yang menggabungkan formulasi kuno dan modern.

Sampel beton sengaja dipecahkan dan kemudian bisa dialiri oleh air. Dalam dua minggu retakan telah sembuh total dan air tidak bisa lagi menembus beton.
Bongkahan beton identik yang dibuat tanpa pemberian klas kapur tidak pernah membaik dan air terus mengalir.

“Menarik untuk memikirkan bagaimana formulasi beton yang lebih tahan lama ini dapat memperpanjang tidak hanya masa pakai material ini, tetapi juga bagaimana hal itu dapat meningkatkan daya tahan formulasi beton cetak 3D,” kata Admir.

Melalui perpanjangan umur fungsional dan pengembangan bentuk beton yang lebih ringan, Admir dan timnya berharap temuan ini bisa membantu mengurangi dampak lingkungan dari produksi semen, yang memberi kontribusi besar para emisi gas rumah kaca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com