Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelanggan Keluhkan Pasokan Gas "Naik Turun", Apindo: Ini Penyakit Lama

Kompas.com - 07/12/2021, 15:30 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Pelanggan gas yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengeluhkan kelangkaan gas di kawasan industri maupun di luar kawasan industri dalam dua bulan terakhir di Sumatera Utara.

Macetnya suplai gas mengakibatkan produksi tersendat, pengusaha tidak mampu memenuhi permintaan dan membayar ongkos operasional. Pihak yang paling terkena dampaknya adalah para karyawan yang terpaksa dirumahkan.

Ketua Apindo Sumut Parlindungan Purba mewakili pengusaha kepada Kompas.com mengatakan, pihaknya selalu mendorong agar produk ekspor di Sumut tinggi, apalagi di tengah masa pandemi Covid-19 sekarang.

Untuk itu, fasilitas dan layanan logistik gas harusnya tidak mengganggu jalannya usaha, pemerintah bertanggungjawab memastikan semuanya berjalan lancar.

Baca juga: Perbandingan Kompor Gas versus Listrik, Mana Lebih Unggul?

"Ini penyakit lama, 2018 pernah terjadi. Saya sampai turun ke Lhokseumawe. Pemerintah harus mengambil kebijakan yang permanen dan long term. Dampaknya apa? Kalau perusahaan ini gasnya gak ada, produksi turun, ya terpaksa memberhentikan karyawan," ungkap Parlindungan, Selasa (7/12/2021).

Naik turunnya pasokan gas sangat menggganggu dan merugikan. Parlindungan menjelaskan, saat tekanan gas turun, perlu waktu dua hari untuk penyesuaian.

Ketika pasokan gas pipa berkurang, terpaksa mencari sumber lain yaitu Liquefied Natural Gas (LNG) yang harganya lebih mahal.

"Kalau gas pipa, harganya USD 6,71 per MMBTU, sekarang, gara-gara kosong, dapatlah gas dan dijual harganya 13,6 per MMBTU. Ini pun masih kurang sekarang," ucapnya.

Mantan ketua Komite II DPD-RI ini meminta gas pipa bisa dimanfaatkan industri sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 89K/2020 tentang Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk tujuh sektor industri yaitu pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca dan sarung tangan karet seharga USD 6/MMBTU yang berlaku sejak April 2020.

Padahal, Menteri ESDM telah menegur dan memanggil para pemasok gas yakni North Sumatera Offshore (NSO), Pertamina Hulu Energi-North Sumatera Offshore (PHE-NSO), Pertamina Geothermal Energy (PGE), dan Triangle Pase Inc (TPI) dan Pertamina EP (PEP).

Mereka harus menjamin kebutuhan gas di Sumut aman dan memiliki manajemen risiko supaya "penyakit lama" tidak terulang. Cukupnya pasokan gas memengaruhi investor supaya yakin menanamkan modalnya.

Sales Area Head PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Medan dan sekitarnya Syaiful Hadi membenarkan terjadi gangguan pemeliharaan dari pemasok gas arah PT Arun NGL sejak Oktober sampai November 2021.

Pihaknya sudah berkoordinasi dan bekerja sama untuk mengatasi masalah dan menutupi kekurangan gas dengan menekan line pack gas yang ada di pipa dan menggunakan LNG.

"Kalau gas dari sumur ada, masalah di peralatan dan infrastruktur. Informasi dari pemasok, ini bukan maintenance tapi darurat karena mendadak," ungkap Syaiful.

Karena itu, mulai 8-20 November PGN melakukan subtitusi dengan LNG, per tanggal 27 kemarin, gas pipa sudah normal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com