Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah

Kompas.com - 26/04/2021, 13:03 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah Wijaya Kusumah atau yang biasa disebut Amir Fatah

Pemberontakan ini terjadi antara tahun 1949 sampai 1950 yang dilatarbelakangi dengan adanya penandatanganan Perjanian Renville. 

Masyarakat Jawa Tengah, khususnya Amir Fatah dan pasukannya, merasa banyak dirugikan dari perjanjian tersebut, salah satunya terjadi persengketaan di wilayah Pekalongan.

Baca juga: Pemberontakan DI/TII di Aceh

Latar Belakang 

Munculnya gerakan DI/TII di Jawa Tengah diawali dengan adanya perubahan situasi politik di daerah Tegal-Brebes akibat penandatanganan Perjanjian Renville. 

Dalam perjanjian tersebut disebutkan satu pasal yang berisi bahwa semua kekuatan pasukan RI yang berada di daerah pendudukan Belanda harus ditarik dan ditempatkan di daerah RI. 

Wilayah karesidenan Pekalongan termasuk daerah pendudukan Belanda, sehingga pasukan RI harus meninggalkan dan mengosongkan daerah tersebut. 

Namun, meskipun demikian, rupanya tidak semua pasukan meninggalkan daerah mereka, seperti di Brebes dan Tegal. 

Para pejuang di dua wilayah tersebut masih tetap bertahan dan menyusun strategi untuk melakukan perlawanan. 

Mereka melakukan operasi militer dengan membentuk Gerakan Antareja Republik Indonesia (GARI) dan Gerilya Republik Indonesia (GRI). 

Terbentuknya dua gerakan ini memicu timbulnya gerakan-gerakan lain yang menghasilkan pemberontakan di Jawa Tengah.

Baca juga: Wahidin Soedirohoesodo: Penggagas Budi Utomo

Amir Fatah Memimpin 

Sebelum adanya pemberontakan DI/TII di bawah kepemimpinan Amir Fatah, di Jawa Tengah sudah lebih dulu pernah muncul gerakan yang serupa dipimpin oleh Abas Abdullah. 

Pasukan yang dipimpin Abas ini bernama Pasukan Hizbullah, di mana saat itu mereka memutuskan untuk pergi ke wilayah sengketa Indonesia-Belanda, yaitu Brebes. 

Sampai di sana, pasukan ini membentuk pasukan baru bernama Mujahidin yang disebut sebagai Majelis Islam (MI). 

Bukan hanya pasukan Hizbullah, Amir Fatah juga saat itu tengah mendatangi Brebes, minatnya untuk kemudian turut bergabung dalam pemberontakan ini adalah karena ia merasa memiliki cara pandang dan ideologi yang sama, khususnya dalam membentuk Negara Islam Indonesia.

Akhirnya pada 23 Agustus 1949, Amir bersama teman-temannya memutuskan bergabung dengan NII yang dipelopori oleh Kartosoewirjo. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com