SYDNEY, KOMPAS.com - Di sepanjang garis pantai dari Australia, Kenya, hingga Meksiko, banyak terumbu karang berwarna-warni di dunia telah berubah warna menjadi putih pucat.
Peristiwa yang menurut para ilmuwan pada Senin (15/4/2024) merupakan peristiwa pemutihan global keempat dalam tiga dekade terakhir.
Setidaknya 54 negara dan wilayah telah mengalami pemutihan massal terumbu karang mereka sejak Februari 2023 akibat perubahan iklim yang menghangatkan permukaan air laut, menurut Coral Reef Watch milik US National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA), yang merupakan badan pemantau terumbu karang terbesar di dunia.
Baca juga: Filipina Nekat Singkirkan Penghalang Karang di Laut Sengketa, China Merespons Pedas
Dilansir dari CNA, pemutihan dipicu oleh anomali suhu air yang menyebabkan karang mengeluarkan alga berwarna-warni yang hidup di jaringannya.
Tanpa bantuan alga dalam memberikan nutrisi pada karang, maka karang tidak dapat bertahan hidup.
“Lebih dari 54 persen kawasan terumbu karang di lautan global mengalami tekanan panas akibat pemutihan,” kata koordinator Coral Reef Watch Derek Manzello.
Pengumuman peristiwa pemutihan global terbaru ini dilakukan bersama oleh NOAA dan International Coral Reef Initiative (ICRI), sebuah kemitraan konservasi antar pemerintah global.
Agar suatu peristiwa dapat dianggap global, pemutihan yang signifikan harus terjadi di ketiga cekungan samudra, Atlantik, Pasifik, dan Hindia, dalam jangka waktu 365 hari.
Seperti peristiwa pemutihan tahun ini, tiga peristiwa pemutihan terakhir, pada tahun 1998, 2010 dan 2014-2017, juga bertepatan dengan pola iklim El Nino, yang biasanya menyebabkan suhu laut menjadi lebih hangat.
Suhu permukaan laut selama setahun terakhir telah memecahkan rekor yang tercatat sejak tahun 1979, seiring dengan dampak El Nino yang diperburuk oleh perubahan iklim.
Baca juga: Sri Lanka Mendayung di Antara Batu-batu Karang
Karang merupakan hewan invertebrata yang hidup berkoloni. Sekresi kalsium karbonatnya membentuk perancah keras dan protektif yang berfungsi sebagai rumah bagi banyak spesies ganggang bersel tunggal yang berwarna-warni.
Para ilmuwan telah menyatakan kekhawatirannya bahwa banyak terumbu karang di dunia tidak akan pulih dari tekanan panas yang berkepanjangan.
“Apa yang terjadi ini merupakan hal baru bagi kami dan bagi ilmu pengetahuan,” kata ahli ekologi kelautan Lorenzo Alvarez-Filip dari National Autonomous University of Mexico.
Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Great Barrier Reef Alami Pemutihan Karang
“Kami belum dapat memperkirakan seberapa parah dampak yang akan terjadi pada karang,” bahkan jika mereka mampu bertahan dari tekanan panas, Alvarez-Filip menambahkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.