Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Turkiye: Oposisi Menang, Partai Erdogan Telan Kekalahan Bersejarah di Istanbul

Kompas.com - 01/04/2024, 21:58 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

ISTANBUL, KOMPAS.com - Partai oposisi utama Turkiye menang telak dalam pemilihan kepala daerah, termasuk di dua kota besar Istanbul dan Ankara.

Ini adalah pukulan besar bagi Recep Tayyip Erdogan, yang berharap dapat meraih kembali kendali atas dua kota itu setelah terpilih sebagai presiden untuk ketiga kalinya tak sampai setahun lalu.

Erdogan memimpin sendiri kampanye di Istanbul, tempat ia tumbuh besar dan sempat menjadi wali kota. Ia berjanji akan membawa era baru untuk kota itu, yang memiliki nyaris 16 juta penduduk.

Baca juga: Partai Oposisi Utama Turkiye Klaim Menang di Pilkada Ankara

Namun, Ekrem Imamoglu yang mewakili oposisi utama, Partai Rakyat Republik (CHP), kembali menang di Istanbul, setelah pertama berkuasa di kota itu pada 2019.

Perolehan suaranya mencapai lebih dari 50 persen, unggul lebih dari 11 poin persentase dan hampir satu juta suara atas kandidat yang diusung Partai AK pimpinan Erdogan.

Sejak Erdogan mulai berkuasa 21 tahun silam, ini pertama kalinya partainya kalah dalam pemungutan suara di berbagai penjuru Turkiye.

Di ibu kota Ankara, wali kota Mansur Yavas dari partai oposisi unggul jauh dari pesaingnya dengan perolehan suara 60 persen. Ia bahkan telah mendeklarasikan kemenangan saat data perolehan suara yang masuk baru mencapai tak sampai setengah.

Para pendukungnya menutup jalan-jalan besar di Ankara, mengibarkan bendera dan membunyikan klakson mobilnya.

Yang tak kalah pentingnya, CHP juga mengambil kendali atas Bursa, kota terbesar keempat di Turkiye, dan Balikesir, yang terletak di sebelah barat laut. Ia pun mempertahankan kekuasaannya di Izmir, Adana, dan Antalya.

Baca juga: Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Erdogan: ini bukan akhir bagi kita

Presiden Erdogan (70) mengakui bahwa pemilu berlangsung tak sesuai harapannya. Namun, ia mengatakan pada para pendukungnya di Ankara bahwa hasil ini bukanlah akhir, tapi lebih merupakan titik balik.

Selama ini, katanya, ia selalu mengandalkan "kehendak rakyat" untuk menjalankan otoritasnya dan, karenanya, ia pun akan menghormati pilihan para pemilih saat ini.

Di bawah kepemimpinan Erdogan, jabatan presiden di Turkiye jadi memiliki kekuasaan besar, menggantikan peran perdana menteri. Namun di tingkat kota, wali kota yang dipilih langsung oleh publik masih cukup berpengaruh.

Saat periode kampanye, Erdogan mengatakan ini adalah pemilu terakhirnya, karena masa jabatannya sebagai presiden akan berakhir pada 2028.

Namun, pengamat menilai bila ia menang dalam pemilu, bisa jadi ia akan mengubah konstitusi agar ia bisa maju lagi. Setelah kekalahan dramatis di pilkada, hal ini sepertinya sulit terjadi.

Sebaliknya, hasil pilkada ini adalah kesuksesan besar bagi ketua CHP, Ozgur Ozel, yang memuji para pemilih karena, menurutnya, memutuskan untuk mengubah wajah Turkiye dalam pemungutan suara nan bersejarah.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com