KYIV, KOMPAS.com - Ukraina terus diserang membabi-buta oleh Rusia, sedangkan di belahan bumi lain yang tak terlibat perang secara langsung--ya, di Indonesia--muncul narasi hoaks tak berdasar 10 WNI jadi tentara bayaran Ukraina.
Semuanya tercantum dalam rangkuman hari ke-758 serangan Rusia ke Ukraina Jumat (22/3/2024).
Baca juga: Ukraina Disasar 90 Rudal dan 60 Drone Rusia, 2 Orang Tewas, Zelensky Minta Bantuan
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Jumat (22/3/2024) mengatakan, Rusia melancarkan gelombang serangan mematikan dengan menggunakan lebih dari 90 rudal dan 60 drone buatan Iran.
"Ada lebih dari 60 'Shahed' dan hampir 90 rudal dari berbagai jenis dalam semalam," katanya.
Ia menyebut, dunia dapat melihat target-target Rusia sudah jelas, yakni pembangkit listrik dan jalur suplai energi, bendungan pembangkit listrik tenaga air, bangunan tempat tinggal, bahkan sebuah bus listrik.
Ukraina mendapat tekanan agar menghapus blacklist sponsor perang.
Daftar hitam sebelumnya jadi inti dari kampanye Kyiv untuk mengekspos perusahaan-perusahaan yang berbisnis dengan Rusia.
Baca juga: Usai Kunjungi Rusia dan Ukraina, Utusan China: Ada Kesenjangan dalam Perundingan Damai
Tapi setelah itu muncul reaksi keras dari beberapa negara, termasuk China dan Perancis.
Beredar kabar mengenai 10 warga negara Indonesia (WNI) menjadi tentara bayaran Ukraina dan empat di antaranya tewas di tangan Rusia.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu hoaks. Sebagai konteks, setelah kedua negara terlibat perang setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Narasi yang beredar Informasi soal WNI yang jadi tentara bayaran di Ukraina tewas ditemukan di sejumlah akun Facebook
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto membantah kabar WNI menjadi tentara bayaran Ukraina dan tewas.
"Saya sudah cek ke Atase Pertahanan di sana, tidak ada data tersebut," kata Agus, pada Kamis (21/3/2024).
Utusan Eurasia China, Li Hui, pada Jumat mengatakan, pihaknya melihat perbedaan besar antara Rusia dan Ukraina dalam gagasan penyelesaian yang dinegosiasikan untuk mengakhiri perang.
Dia menyampaikan hal demikian setelah menyelesaikan tur ke Rusia, Ukraina, dan negara-negara Uni Eropa.