Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Jadi Turkiye dan India Jadi Bharat, Kenapa Negara Ingin Ganti Nama?

Kompas.com - 21/12/2023, 12:46 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

ANKARA, KOMPAS.com - Turki kini resmi mengganti namanya menjadi Türkiye. India juga disebut-sebut akan segera menggunakan nama Bharat. Apa gunanya perubahan nama itu dan mengapa hal itu penting?

“Yang kita sebut mawar... Dengan nama lain pun aromanya pasti harum,” kata penyair terkenal William Shakespeare.

Penyair yang dibesarkan di Stratford, Inggris, itu salah. Nama itu penting.

Baca juga: Sejarah Kenapa Keluarga Kerajaan Inggris Ganti Nama Jadi Windsor

Karena itu, jika banyak orang tidak menyukai suatu nama, nama tersebut bisa diubah.

Berbagai pemerintah di seluruh dunia baru-baru ini telah mengganti ratusan nama kota, jalan, gunung, taman nasional, dan masih banyak lagi.

Sejumlah tempat berganti nama karena berbagai alasan: untuk menghapus pemimpin yang dipermalukan atau menghormati pemimpin baru; untuk menandakan awal yang baru atau memperbaiki kesalahan di masa lalu.

Namun, perubahan-perubahan ini selalu meresahkan dan seringkali kontroversial.

Dalam beberapa kasus, negara berganti nama. Tahun lalu, Turki resmi menjadi Türkiye.

Perubahan nama ini dipicu karena, antara lain, Presiden Recep Tayyip Erdogan diduga tidak menyukai negaranya dikaitkan dengan burung kalkun (turkey).

Pada 2018, negara Swaziland di Afrika merayakan 50 tahun kemerdekaannya dari Inggris dengan mengubah namanya menjadi Eswatini, atau "tanah rakyat Swazi" dalam bahasa Swazi.

Bicara soal perubahan nama, negara dengan populasi terpadat di dunia, India, adalah yang paling menonjol.

Dalam beberapa dekade terakhir, nama-nama kolonial dan Islam telah diganti dengan nama Hindu.

Beberapa di antaranya: Madras menjadi Chennai; Kalkuta menjadi Kolkata; Bangalore menjadi Bangaluru dan Allahabad menjadi Prayagraj.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, baru-baru ini mengisyaratkan negaranya mungkin akan segera menggunakan nama baru, yaitu Bharat, nama Sansekerta dan Hindi untuk India.

Pada pertemuan G20 baru-baru ini di New Delhi, Modi duduk di belakang papan nama bertuliskan "Bharat" dan mengundang para pejabat tinggi yang berkunjung ke jamuan makan yang diselenggarakan oleh "Presiden Bharat."

Upaya Modi memperkenalkan nama Bharat belum sepenuhnya berhasil.

Baca juga: Alasan Kenapa India Ingin Ganti Nama Jadi Bharat

Jangan heran. Mengubah nama resmi suatu negara tidaklah mudah dan murah.

Suatu negara harus mengirimkan pemberitahuan resmi kepada PBB dan menyarankan cara menulis nama baru dalam enam bahasa resmi badan internasional tersebut.

Setelah disetujui, pejabat PBB mendaftarkan nama baru tersebut di database Nama Geografis Dunia. Lambang negara, seragam militer, mata uang resmi, kop surat pemerintah--dan banyak lagi--juga harus diubah.

Laju perubahan nama mungkin semakin cepat, tetapi ini bukanlah fenomena baru. Banyak tempat telah dan akan terus berganti nama selama masih ada tempat dan nama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com