Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Terusik dengan Kerja Sama Militer Rusia dan Korea Utara

Kompas.com - 15/09/2023, 06:19 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

Penulis: VOA Indonesia/Cindy Saine

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di pusat antariksa tercanggih di Rusia pada Rabu (13/9/2023).

Pertemuan tersebut terjadi di tengah peringatan dari Amerika dan Korea Selatan terhadap potensi transfer senjata.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang berkunjung ke Rusia mendapat perlakuan istimewa, termasuk tur pribadi oleh Presiden Vladimir Putin ke lokasi peluncuran roket luar angkasa tercanggih Rusia di Timur Jauh negara itu.

Baca juga: Kim Jong Un Mengundang Putin ke Korea Utara

Kedua pemimpin dilaporkan membahas kemungkinan pengiriman kosmonot Korea Utara ke luar angkasa, dan Kim menanyakan secara rinci tentang roket-roket.

Setelah pertemuan, Putin mengatakan kepada televisi pemerintah Rusia bahwa ada “kemungkinan” untuk kerja sama militer dengan Korea Utara, meskipun ada sanksi internasional.

Sementara itu Kim mengatakan, ia akan menjadikan hubungan dengan Rusia sebagai “prioritas”, dan menjelaskan bahwa ia mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

“Kami selalu mendukung penuh dan tanpa syarat terhadap semua tindakan yang diambil oleh pemerintah Rusia dan Presiden Putin,” kata Kim.

Meskipun Putin dan Kim memuji kerja sama militer mereka yang sedang berkembang, pembicaraan itu menimbulkan kecemasan di Washington.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby mengatakan, tidak ada satupun negara di dunia dan tidak seorang pun yang boleh membantu Putin membunuh warga Ukraina yang tidak bersalah.

"Jika mereka memutuskan untuk melanjutkan dengan sebuah kesepakatan senjata, tentu saja kami akan mengambil tindakan dan menanganinya dengan tepat," jelas dia.

Baca juga: Putin Terima Undangan Kim Jong Un untuk Kunjungi Korea Utara

Pertemuan itu juga menimbulkan kecemasan di Departemen Luar Negeri AS, menurut juru bicara Matthew Miller.

“Hal ini meresahkan ketika kita melihat Rusia berbicara tentang kerja sama dengan Korea Utara lewat program-program yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang dipilih oleh Rusia sendiri,” cetusnya.

Seorang pakar mengatakan kepada VOA, Korea Utara dan Rusia tampaknya mencapai kesepakatan, yang merupakan kemenangan bagi mereka namun mengganggu tatanan dunia dan stabilitas kawasan.

Mark Fitzpatrick yang bekerja di Institut Internasional untuk Studi Strategis, menjelaskan kepada VOA melalui Zoom, “Saya pikir sangat penting bahwa mereka bertemu di Pusat Antariksa. Ini merupakan petunjuk bahwa teknologi inilah yang diinginkan Korea Utara. Mengingat peluncuran dua satelit mata-mata terakhirnya gagal, maka Korea Utara membutuhkan bantuan semacam itu”.

Fitzpatrick menambahkan, ia yakin Korea Utara akan memasok peluru artileri dan peluru anti-tank, yang tentunya akan membantu Rusia dalam perang di Ukraina, karena negara itu telah kehabisan persenjataannya.

Baca juga: Pertemuan Kim Jong Un-Putin: Santap Siang Mewah, Minum Anggur dan Saling Memuji

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu mengatakan, segala bentuk kerja sama negara mana pun dengan Korea Utara harus menghormati sanksi yang dijatuhkan kepada rezim itu oleh Dewan Keamanan AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com