Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan AS Kirim "Senjata Terlarang" Bom Tandan ke Ukraina

Kompas.com - 11/07/2023, 18:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Veronica Balderas Iglesias/VOA Indonesia

VILNIUS, KOMPAS.com - Sementara negara-negara anggota NATO bersiap untuk menghadiri pertemuan puncak di Vilnius pekan ini, Amerika kembali membela keputusannya mengirimkan bom tandan ke Ukraina. Namun, peluang Ukraina bergabung dengan NATO dalam waktu dekat hampir nihil.

Dengan menjatuhkan bom yang kemudian melepaskan bom-bom yang lebih kecil, bom tandan bisa membunuh tanpa pandang bulu. Lebih dari 100 negara telah melarang bom ini.

Ukraina kehabisan persediaan senjata untuk membalas serangan Rusia. Jadi, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, Amerika kini setuju untuk mengirim bom tandan ke Ukraina.

Baca juga: AS Putuskan Akan Kirim Bom Tandan ke Ukraina, Banjir Kecaman

Dalam acara This Week di TV ABC, ia menambahkan, “Kami akan mengirim peluru artileri tambahan yang di dalamnya terdapat bom tandan untuk membantu menjembatani kesenjangan sementara kami meningkatkan produksi normal 155 peluru artileri.”

Pemerintah Rusia, yang dituduh menggunakan bom tandan di daerah perkotaan Ukraina, mengecam langkah tersebut.

Aktivis hak asasi manusia menggarisbawahi bahaya yang ditimbulkan bom tandan bagi warga sipil. Anggota DPR dari fraksi Demokrat, Barbara Lee, dalam wawancara di TV CNN menyampaikan keprihatinan serupa.

“Bom-bom itu tidak selalu langsung meledak. Anak-anak bisa menginjaknya. Itulah garis yang tidak boleh kita lewati.”

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ketika diwawancarai TV ABC, sekali lagi menyatakan pentingnya menerima dukungan internasional dalam bentuk persenjataan yang beragam.

“F-16 atau peralatan lain yang betul-betul kami butuhkan, akan memungkinkan kami bergerak lebih cepat untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa, untuk bertahan lama,” katanya.

Baca juga: Ukraina Klaim Tak Akan Ledakkan Bom Tandan di Rusia

Zelensky menambahkan bahwa dia ingin mendapat jaminan keamanan yang jelas dari NATO ketika para anggota aliansi militer itu bertemu di Vilnius, Lituania.

Presiden Amerika Joe Biden di TV CNN menepiskan ekspektasi bahwa Ukraina akan segera bergabung dalam NATO.

“Menurut saya belum ada kebulatan suara di NATO tentang apakah akan membawa masuk Ukraina ke dalam keluarga NATO sekarang atau nanti, di tengah perang. Proses menjadi anggota NATO membutuhkan waktu untuk memenuhi semua kualifikasi, dari demokratisasi hingga berbagai masalah lainnya,” ujarnya.

Juga di CNN, anggota DPR dari fraksi Republik Michael McCaul menyampaikan pandangan serupa.

“Mereka telah menunjukkan tekad untuk melawan, tekad untuk kebebasan dan demokrasi melawan tirani dan penindasan. Menurut saya, mereka layak menjadi anggota tetapi kita harus meletakkannya pada jalur yang benar untuk tidak memberinya jalur cepat untuk masuk dalam NATO.”

Diskusi tentang bagaimana membawa Ukraina lebih dekat untuk bergabung dalam aliansi itu diperkirakan berlangsung dalam KTT NATO.

Baca juga: Kenang Pengalaman Pahit, PM Kamboja Minta Ukraina Jangan Pakai Bom Tandan

Artikel ini pernah dimuat di VOA Indonesia dengan judul AS Bela Keputusan untuk Kirim Bom Tandan ke Ukraina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com