Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Hukum Trump Bisa Berlarut hingga Lewati Pilpres 2024?

Kompas.com - 11/04/2023, 06:58 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

Penulis: VOA Indonesia/Veronica Balderas Iglesias

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pengacara Donald Trump mulai bekerja, membela mantan presiden AS yang didakwa dengan 34 tuduhan kejahatan.

Ini baru satu dari beberapa penyelidikan yang dihadapi Trump, dan menurut beberapa pakar, itu bisa menimbulkan konsekuensi yang sangat serius bagi Trump dan masa depan politiknya.

Apa yang akan dilakukan tim pembela Donald Trump setelah mantan presiden itu didakwa dalam kasus uang tutup mulut dan dibawa ke pengadilan untuk mendengar dakwaan terhadapnya?

Baca juga: Masalah Hukum Bakal Lemahkan Potensi Trump pada Pilpres 2024

Ini bukan sesuatu yang ingin diungkap pengacara James Trusty ketika diwawancara TV ABC dalam acara “This Week”. Tetapi, dia mengungkapkan suasana hati Donald Trump secara keseluruhan.

“Siapa pun yang menjadi sasaran penyelidik federal, oleh jaksa New York, pasti akan mawas diri dan berpikir ini adalah berita yang sangat buruk. Ini tidak baik bagi saya, tetapi ia dengan cepat beralih ke gambaran besar, gambaran bersejarah dan saya cenderung setuju bahwa ini adalah momen buruk bagi negara ini,” ungkap Trusty.

Trump menghadapi 34 tuduhan kejahatan memalsukan catatan bisnis New York untuk menutupi bahwa ia diduga memerintahkan pembayaran uang tutup mulut kepada bintang porno yang memiliki informasi yang bisa merusak citranya. Ini terjadi tepat sebelum Pilpres AS 2016.

Trump mengaku tidak bersalah.

Kasus tersebut, yang diajukan jaksa Alvin Bragg, tidak ada gunanya di mata mantan Jaksa Agung Bill Barr.

Baca juga: Saat Donald Trump Disarankan Cari Perlindungan di Rusia...

“Memalsukan catatan bisnis adalah kejahatan, jika itu merupakan bagian dari skema penipuan. Saya tidak melihat disebutkan di sini apa tepatnya penipuan itu. Ada sejumlah masalah lain yang terkait undang-undang pembatasan. Ia tidak menyebutkan dengan tepat kejahatan apa yang sedang dilakukan, yang membuat ini menjadi kejahatan,” ujar Barr.

Namun, kata Barr, yang lebih serius adalah penyelidikan federal yang dihadapi Trump karena memiliki dokumen rahasia.

"Pemerintah sedang menyelidiki sejauh mana kasus ini. Mengapa dihambat dan dokumen itu tidak diserahkan kepada pemerintah," imbuhnya.

Sementara itu, pengacara Trump, James Trusty, mengekalim saat ini tidak ada lagi dokumen rahasia yang berada di tangan kliennya.

"Kami sudah profesional, kami sudah berlaku etis, dan kami puas bahwa tidak ada masalah yang menonjol terkait kepatuhan pada panggilan pengadilan," tambahnya.

Terkait kerusuhan gedung capitol

 

Profesor hukum dari University of Pennsylvania Claire Finkelstein mengatakan, sementara Trump tetap membangkang, denda besar atau bahkan hukuman penjara tidak bisa dikesampingkan dalam kasus lain yang terkait dugaan upaya untuk membatalkan hasil pilpres 2020 dan serangan 6 Januari 2021 di Gedung Capitol.

Baca juga: Trump Disalahkan Atas Kekacaukan Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan

Melalui Skype, Finkelstein menjelaskan kepada VOA, "Konspirasi atau pemberontakan yang menghasut berdasarkan amandemen ke-14, Bagian Tiga, berarti dia tidak bisa memegang jabatan federal lagi".

Menurut pakar hukum, mereka tidak yakin hukuman atas investigasi ini terjadi sebelum pemilu 2024. Trump, yang kalah dalam pilpres 2020, kembali mencalonkan diri menjadi presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com