Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2023, 10:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Mantan Presiden AS Donald Trump disebut menjadi orang yang paling bersalah atas kekacauan penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada Agustus 2021.

Kesalahan tersebut dialamatkan kepada Trump melalui ringkasan laporan rahasia yang dirilis oleh pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada Kamis (6/4/2023).

Ringkasan laporan rahasia itu diambil dari ulasan Kementerian Luar Negeri AS dan Kementerian Pertahanan AS yang sangat rahasia yang dikirim ke Kongres AS.

Baca juga: Putar Musik Selama Ramadan, Radio Wanita Afghanistan Dilarang Siaran

Menurut ringkasan laporan rahasia itu, Trump gagal merencanakan penarikan yang telah dia sepakati dengan Taliban, sebagaimana dilansir Reuters.

“Pilihan Presiden Biden tentang bagaimana melakukan penarikan dari Afghanistan sangat dibatasi oleh kondisi yang dibuat oleh pendahulunya,” bunyi ringkasan tersebut.

“Pemerintahan pendahulu tidak memberikan rencana bagaimana melakukan penarikan terakhir atau untuk mengevakuasi sekutu Amerika atau Afghanistan,” sambung ringkasan itu.

Baca juga: Gempa M 6,5 Guncang Afghanistan dan Pakistan 30 Detik, Korban Tewas Mulai Ditemukan

Di sisi lain, laporan tersebut justru membuat anggota parlemen dari Partai Republik marah. Mereka lantas meminta dokumen untuk penyelidikan sendiri atas penarikan pasukan AS.

Ketua Komite Hubungan Luar Negeri DPR AS dari Partai Republik, Michael McCaul, mengeluarkan kecaman keras.

Dalam sebuah pernyataan, McCaul justru menuding Biden-lah yang memerintahkan penarikan pasukan AS dan bertanggung jawab atas kegagalan besar dalam perencanaan dan pelaksanaannya.

Baca juga: Tahun Ajaran Baru Dimulai di Afghanistan, tapi Tak Ada yang Sekolah

Penarikan yang kacau

Penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada Agustus 2021 secara resmi mengakhiri perang terpanjang Washington.

Penarikan tersebut membuat puluhan ribu warga Afghanistan putus asa. Beberapa mencoba melarikan diri karena khawatir akan kembalinya pemerintahan Taliban.

Kala itu, ribuan orang Afghanistan mengepung bandara internasional Kabul. Beberapa di antara mereka bahkan sampai menyerahkan bayi kepada pasukan AS atau masuk dan menggantung di pesawat.

Ringkasan tersebut menyebutkan, pemerintahan Trump “memusnahkan” layanan dukungan pengungsi.

Baca juga: Taliban Perintahkan Pejabat Afghanistan Pecat Anak Laki-laki yang Dipekerjakan di Pemerintah

Tentara AS berjaga di sepanjang perimeter di bandara internasional di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021. AP PHOTO/SHEKIB RAHMANI Tentara AS berjaga di sepanjang perimeter di bandara internasional di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021.

Pemerintahan Trump juga disebut hampir menghentikan pemrosesan Visa Imigrasi Khusus untuk ribuan warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah AS.

“Transisi itu penting. Itulah pelajaran pertama yang dipelajari di sini. Dan pemerintahan yang akan datang tidak diberikan banyak hal,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby dalam pengarahan Gedung Putih.

Halaman:
Sumber Reuters

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com