Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Hadapi "Risiko Resesi", Seperti Apa Kondisi Ekonominya Kini?

Kompas.com - 12/09/2022, 21:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNA

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat menghadapi "risiko" resesi dengan pemerintahannya terus bertempur melawan inflasi yang dapat memperlambat ekonomi negara itu, menurut Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

Meski demikian pemimpin kebijakan keuangan, ekonomi dan pajak dari pemerintahan Presiden Joe Biden itu, menilai penurunan yang serius masih dapat dihindari.

Resesi AS "adalah risiko (yang muncul) ketika The Fed (Federal Reserve AS) memperketat kebijakan moneter untuk mengatasi inflasi," kata Yellen pada Minggu (11/9/2022), kepada CNN.

Baca juga: Persaingan Semikonduktor: AS Larang Perusahaan Teknologi Canggih Bangun Pabrik di China

"Jadi tentu saja itu risiko yang kami pantau," tambah Yellen, tetapi "kami memiliki pasar tenaga kerja yang kuat dan bagus, dan saya yakin itu mungkin untuk dipertahankan."

Inflasi AS melonjak dan menyentuh level tertinggi dalam 40 tahun pada Juni di 9,1 persen, sebelum turun sedikit di bulan Juli.

Menanggapi kondisi itu, bank sentral AS secara bertahap menaikkan suku bunga utamanya. Langkah ini diambil untuk mengurangi tekanan pada harga konsumen, sambil berharap langkah tersebut tidak memukul ekonomi terbesar di dunia.

Bank komersial menggunakan suku bunga utama Fed untuk menetapkan ketentuan suku bunga yang mereka tawarkan kepada klien individu dan korporat mereka. Tarif yang lebih tinggi mengurangi konsumsi dan investasi.

Tantangan bagi pembuat kebijakan adalah untuk memadamkan inflasi sebelum menjadi berbahaya, tetapi tanpa mengirim ekonomi AS ke dalam resesi yang akan bergema di seluruh dunia.

"Inflasi terlalu tinggi, dan penting bagi kita untuk menurunkannya," kata Yellen sebagaimana dilansir CNA pada Senin (12/9/2022).

Baca juga: AS Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua Minuteman III

The Fed menargetkan "pendaratan lunak” (menahan pertumbuhan ekonomi) - dengan membawa inflasi kembali ke target dua persen - tanpa memaksa resesi, sebuah langkah yang dapat menyebabkan pengangguran melonjak.

"Saya percaya ada jalan untuk mencapai itu," kata Yellen.

"Dalam jangka panjang, kita tidak bisa memiliki pasar tenaga kerja yang kuat tanpa inflasi terkendali."

PDB Amerika sebenarnya sudah mengalami kontraksi pada dua kuartal pertama 2022 - sesuai dengan definisi klasik dari resesi, tapi Yellen kembali menekankan bahwa resesi AS belum terjadi.

"Kami tidak dalam resesi. Pasar tenaga kerja sangat kuat.... Ada hampir dua lowongan pekerjaan untuk setiap pekerja yang mencari pekerjaan," dia menekankan.

Ketersediaan pekerjaan memang tetap padat, dengan kekurangan tenaga kerja yang signifikan.

Pengangguran sedikit meningkat pada Agustus, menjadi 3,7 persen, sebagian karena lebih banyak orang yang berpartisipasi dalam angkatan kerja - sebuah tanda bahwa banyak pekerja yang tidak bekerja karena pandemi Covid-19 kembali ke pasar tenaga kerja.

Baca juga: Potensi Penjualan Senjata AS ke Taiwan Disetujui, China Ngamuk dan Bersumpah Membalas

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com