Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Sri Lanka Akan Berlangsung 2 Tahun dan Disusul Krisis Uang Tunai

Kompas.com - 05/05/2022, 16:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Krisis Sri Lanka akibat kesulitan ekonomi akan berlangsung setidaknya sampai dua tahun ke depan, kata Menteri Keuangan Ali Sabry pada Rabu (4/5/2022).

Ia juga memperingatkan, krisis uang tunai akan segera terjadi di Sri Lanka.

Saat ini sudah terjadi pemadaman listrik berbulan-bulan dan kekurangan akut bahan makanan, bahan bakar, serta obat-obatan, sehingga membawa penderitaan yang meluas di negara kepulauan Asia Selatan itu.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Pembelian BBM Dibatasi, Motor 4 Liter, Mobil 19,5 Liter

Kemarahan publik memicu demo berkelanjutan yang menuntut pemerintah mengundurkan diri karena salah urus krisis ekonomi, yang terburuk di Sri Lanka sejak kemerdekaan pada 1948.

"Orang-orang harus tahu yang sebenarnya. Saya tidak tahu apakah mereka menyadari gawatnya situasi ini," kata Menteri Keuangan Sri Lanka Ali Sabry dikutip dari AFP.

"Kami tidak akan dapat menyelesaikan krisis ini dalam dua tahun, tetapi tindakan yang kami ambil hari ini akan menentukan berapa lama lagi masalah ini akan berlarut-larut."

Sabry mengatakan, Sri Lanka sekarang memiliki tak sampai 50 juta dollar AS (Rp 720,4 miliar) dalam cadangan devisa yang dapat digunakan, yang diperlukan untuk mengimpor barang-barang penting.

Data resmi menunjukkan ada cadangan devisa 1,7 miliar dollar AS (Rp 24,5 triliun), tetapi sebagian besar termasuk pertukaran mata uang China yang tidak dapat digunakan untuk membayar impor dari negara lain.

Sabry mengatakan, pemerintah keliru menunda pendekatan ke Dana Moneter Internasional (IMF) untuk bailout.

Negosiasi dengan IMF sedang berlangsung, tetapi kepala bank sentral Sri Lanka berkata bahwa bantuan apa pun dari pemberi pinjaman tinggal tersisa beberapa bulan lagi.

Baca juga: Memahami Alasan Serius di Balik Bangkrutnya Sri Lanka

Pemerintah akan segera mengungkap anggaran baru dan menaikkan pajak untuk menambah pendapatan negara.

Krisis ekonomi Sri Lanka terjadi setelah pandemi virus corona menghantam pendapatan dari pariwisata dan pengiriman uang.

Oleh karena tidak dapat membayar impor bahan bakar, pemerintah memberlakukan pemadaman listrik setiap hari untuk menjatah listrik, sementara antrean panjang orang mengular di sekitar stasiun layanan untuk membeli bensin dan minyak tanah.

Rumah sakit kekurangan obat-obatan vital dan pemerintah mengimbau warga di luar negeri untuk memberikan sumbangan.

Bulan lalu, Sri Lanka mengumumkan gagal membayar utang luar negerinya senilai 51 miliar dollar AS (Rp 736,4 triliun).

Baca juga: Negara Bangkrut, Sri Lanka Minta Perantau Kirim Uang untuk Dibelikan Makanan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com