Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Keturunan Sastrawan Besar Rusia Leo Tolstoy Menentang Perang dan Selamatkan Pengungsi Ukraina...

Kompas.com - 05/04/2022, 13:45 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Cicit raksasa sastra Rusia Leo Tolstoy, mendengarkan dengan penuh perhatian saat sosok bernama Anastasia Sheludko, menggambarkan kengerian yang dia alami sebelum melarikan diri dari Ukraina.

"Invasi Ukraina oleh tanah air leluhurnya, Rusia, hampir enam minggu lalu telah menjadi kejutan besar," kata cicit Tolstoy Marta Albertini kepada AFP.

Dia pun segera menyadari untuk membantu para pengungsi.

Baca juga: Seno Gumira dan Leo Tolstoy

"Itu naluriah," kata pria 84 tahun itu, yang meminjamkan Sheludko dan ibunya sebuah apartemen di desa kecil Lens, dekat resor ski mewah Pegunungan Alpen Swiss Crans-Montana.

Sebelum mereka tiba, Albertini menghapus sebagian besar foto keluarga yang menutupi dinding kayu apartemen, tetapi lukisan besar kakek buyutnya, Tolstoy, masih tergantung di ruang tamu.

Penulis novel terkenal "War and Peace" dan "Anna Karenina" ini disebutnya "akan melihat konflik yang berkecamuk di Ukraina sebagai hal horor," katanya.

Baca juga: Wali Kota Bucha Ukraina: Pasukan Rusia Tak Akan Pernah Diampuni di Bumi atau di Surga

Tolstoy, yang mengalami Perang Crimea dan pengepungan Sevastopol pada tahun 1850-an, kemungkinan akan "benar-benar hancur" oleh apa yang terjadi, kata cicitnya.

Albertini, yang dibesarkan di Italia dan Perancis sebelum menjadikan Swiss rumah permanennya beberapa tahun lalu, mengatakan bahwa dia adalah salah satu dari banyak keturunan Tolstoy yang menandatangani surat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyatakan bahwa keluarganya menentang perang.

"Kami menentang kengerian yang sedang dilakukan sekarang, invasi pada negara yang tidak bersalah," katanya.

Putin disebutnya sangat mungkin melihat semua tanda tangan "dan membuangnya ke tempat sampah".

"Tapi tetap penting untuk berbicara," katanya. "Eropa, dunia, tidak akan sama lagi setelah perang ini."

Baca juga: Pentagon Ungkap Alasan Rusia Tarik Dua Pertiga Pasukan dari Kyiv, Bukan karena Kalah atau Gagal

Sementara bagi Sheludko, dunia yang dia kenal beberapa minggu lalu telah berubah.

"Kadang-kadang saya pikir saya sedang bermimpi," katanya kepada AFP. "Tapi Ini nyata."

Wanita berusia 24 tahun itu tiba di lanskap pegunungan Lens bersama ibunya pada 13 Maret, lebih dari seminggu setelah mereka meninggalkan rumah mereka di kota Mykolaiv, Ukraina selatan.

Mereka termasuk di antara lebih dari 23.000 orang Ukraina yang telah tiba di Swiss, dari lebih dari 4,2 juta yang telah meninggalkan negara yang dilanda perang itu sejak invasi 24 Februari.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-40 Serangan Rusia ke Ukraina, 410 Mayat di Bucha, Mariupol Hancur

Albertini, yang tinggal di chalet tradisional di luar Lens, telah membeli apartemen di desa itu beberapa tahun yang lalu untuk kunjungan keluarga.

Kini, tempat itu dihuni pengungsi Ukraina malang itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com