HAVANA, KOMPAS.com - Orang Kuba tidak asing dengan antrean panjang untuk mendapatkan apa pun, mulai dari roti hingga pasta gigi.
Mereka sering berdiri berjam-jam di bawah terik matahari tanpa akses ke toilet atau air minum, dan selalu ada rasa takut akan pulang dengan tangan kosong.
Ini adalah cobaan harian yang dialami Kuba selama sekitar 60 tahun pemerintahan komunis, dan sekarang diperburuk oleh pandemi virus corona, penurunan ekonomi yang tajam, serta sanksi AS yang diperketat.
Baca juga: 8 Oktober 1967: Pemimpin Gerilyawan Kuba Che Guevara Ditangkap
"Saya menghabiskan hampir sepanjang malam di sini hanya untuk membeli sesuatu. Tidak mudah, itu pengorbanan besar hanya untuk bisa makan," kata pembelanja bernama Edelvis Miranda (47) kepada AFP di sebuah pasar di Havana pada awal Januari 2022.
Ibu rumah tangga tersebut mengantre sejak sekitar pukul 01.00 dini hari, dan akhirnya pulang sekitar 11 jam kemudian, tepat sebelum tengah hari.
"Itu sepadan, karena saya mendapatkan segalanya. Sekarang istirahat, dan akan mengantre lagi," katanya dalam perjalanan pulang dengan dua liter minyak, dua bungkus ayam, beberapa daging cincang, dan deterjen.
Dikutip dari AFP pada Selasa (11/1/2022), Kuba mencatat tingkat inflasi resmi 70 persen tahun 2021, ketika ekonomi pulih hanya dua persen setelah penurunan 11 persen pada 2020.
Itu menandakan krisis ekonomi terburuk di Kuba dalam hampir tiga dekade.
Dengan dana kas pemerintah yang berkurang, impor makanan--senilai sekitar 2 miliar dollar AS (Rp 28,79 triliun) per tahun sebelum pandemi melanda-–harus dikurangi secara drastis di negara berpenduduk 11,2 juta orang itu.
Pada Mei 2021 Pemerintah Kuba mengatakan, impor yang biasanya mencakup 80 persen kebutuhan pulau itu berada pada level terendah sejak 2009.
Baca juga: Sudah Antre 7 Jam, Mobil Mewah Cristiano Ronaldo Tidak Kebagian Bensin akibat Inggris Krisis BBM
Orang-orang yang antre di Kuba biasanya membawa bekal makanan ringan, air putih, kopi, atau bangku kayu untuk duduk.
Sering kali polisi bersiaga untuk menjaga ketertiban dalam antrean yang membentang di beberapa blok jalan.
Di salah satu pasar di ibu kota, sebuah pengumuman datang satu jam sebelum waktu pembukaan bahwa ada lima produk yang tersedia untuk hari itu.
Tak pelak sekitar 400 pembeli yang sudah mengantre itu gembira, tetapi kemudian kekecewaan datang karena hanya 250 dari mereka yang bisa masuk.