OSLO, KOMPAS.com – Orang-orang di dalam lingkaran kekuasaan di Rusia secara aktif mempromosikan gagasan perang dan konflik di Ukraina bisa pecah menjadi pertempuran.
Hah tersebut disampaikan peraih Hadiah Nobel Perdamaian Dmitry Muratov pada Jumat (10/12/2021) ketika menerima penghargaan tersebut di Oslo, Norwegia.
Dalam kesempatan itu, Muratov menuturkan bahwa di Rusia, politikus yang menghindari pertumpahan darah dicap sebagai orang yang lemah.
Baca juga: AS Janji Bantu Ukraina jika Rusia Menyerang
Di sisi lain, sambung Muratov, mengancam dunia dengan perang adalah dianggap sebagai tugas patriot sejati di sana.
Muratov adalah jurnalis sekaligus pemimpin redaksi surat kabar Novaya Gazeta. Dia diganjar Nobel Perdamaian 2021 bersama Maria Ressa, jurnalis dari Filipina.
Hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepada dua jurnalis itu sebagai pengakuan atas perjuangan mereka dalam kebebasan berekspresi.
“Yang kuat secara aktif mempromosikan gagasan perang,” ujar Muratov.
Baca juga: Biden: AS Tak Akan Kirim Pasukan ke Ukraina untuk Hadapi Rusia
“Selain itu, di kepala beberapa geopolitikus gila, perang antara Rusia dan Ukraina bukanlah sesuatu yang mustahil lagi,” sambung Muratov.
Muratov juga mengatakan, jurnalisme di Rusia sedang melewati lembah yang gelap.
Lebih dari seratus jurnalis, media, pembela hak asasi manusia dan organisasi non-pemerintah di Rusia telah dicap sebagai "agen asing".
"Di Rusia, ini (agen asing) berarti musuh rakyat,” kata Muratov.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Picu Konflik Besar Saingi Perang Dunia II
Dia mendedikasikan penghargaan yang dia terima untuk seluruh komunitas jurnalis investigasi dan rekan-rekannya di Novaya Gazeta yang kehilangan nyawa.
Salah satu jurnalis yang dibunuh adalah Anna Politkovskaya.
Dia ditembak mati di apartemennya di Moskwa 15 tahun lalu setelah membuat marah Kremlin dengan berita-berita perang di Chechnya.
Semengata itu, Ressa juga mengulangi seruannya untuk reformasi platform media sosial.