Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Merebak Lagi, Kenapa China Tetap Kukuh dengan Strategi Nol Covid?

Kompas.com - 16/11/2021, 14:21 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

BEIJING, KOMPAS.com - Di saat dunia membiasakan hidup di tengah pandemi Covid-19, China, tempat pertama virus corona dilaporkan, justru masih menerapkan strategi nol Covid yang mengharuskan pembatasan ketat untuk warga negaranya.

Seseorang yang masuk ke hotel bintang lima untuk menanyakan arah jalan misalnya, berakhir di karantina dua minggu karena seorang tamu hotel kemudian diketahui memiliki kontak dengan orang yang positif virus corona.

Baca juga: China Hadapi Wabah Covid-19 Delta Terbesar, Kasus-kasus Bermunculan di Kota Dalian

Seorang kru kereta cepat yang diketahui memiliki kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, juga harus memaksa semua penumpang kereta dikarantina, untuk kemudian dites secara massal.

Di Disneyland, Shanghai, 33.863 pengunjung tiba-tiba harus menjalani tes massal karena ada pengunjung yang terinfeksi sehari sebelumnya.

Begitulah cara China menangani temuan kasus Covid-19 yang belakangan terus bermunculan, sebagai bagian dari strategi nol Covid yang masih kukuh dijalankannya.

Tanggapan publik

China adalah negara pertama yang menerapkan pembatasan untuk memerangi pandemi dan kemungkinan akan menjadi salah satu yang terakhir melonggarkannya.

Ketika Anda berbicara dengan warga biasa di jalan-jalan di China, Anda akan menemukan bahwa banyak yang tampaknya tidak keberatan dengan pembatasan yang begitu ketat, selama mereka tetap aman.

BBC dalam laporannya bertanya kepada seorang warga soal apakah China harus buka lebih cepat? Dia menjawab lebih baik menunggu sampai pandemi benar-benar selesai, karena keselamatan adalah nomor satu.

Baca juga: Diplomat China Ancam Akan Ada “Armageddon” bagi AS dan Australia jika Bela Taiwan

Wanita lain yang juga diwawancara setelah pulang dari kantor mengatakan bahwa virus corona tidak bisa dipahami sepenuhnya. Kata dia, vaksinasi juga akan meningkat, oleh sebab itu, demi stabilitas sosial, lebih baik untuk menunda pembukaan perbatasan.

Belum lama ini, negara-negara lain seperti Australia, Selandia Baru, dan Singapura juga menganggap wabah virus corona sebagai sesuatu yang harus benar-benar diberantas dari masyarakat.

Negara-negara itu mengisolasi kota-kota sampai virus berhenti menyebar. Tujuannya, agar tidak ada lagi penularan di tingkat lokal.

Namun, strategi ini terpaksa harus berubah lagi ketika muncul varian Delta yang jauh lebih sulit dikendalikan meski tingkat vaksinasi sudah tinggi.

Dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, artinya orang-orang masih mungkin tertular Covid-19, tetapi risikonya lebih kecil sehingga penderita tidak harus sampai dirawat ke rumah sakit. Hal itu membuat beberapa negara membuka pintu untuk perjalanan internasional.

Akan tetapi di China, visa untuk orang asing tetap sulit didapat dan paspor warga China masih belum diperbarui setelah masa berlakunya habis.

Sebanyak 33,863 pengunjung Disneyland Shanghai harus dites massal karena sebelumnya ada pengunjung yang positif Covid.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Sebanyak 33,863 pengunjung Disneyland Shanghai harus dites massal karena sebelumnya ada pengunjung yang positif Covid.

Baca juga: Petenis China Peng Shuai Hilang, Novak Djokovic Ikut Syok

Di tempat lain, orang-orang mulai membiasakan "hidup dengan virus", tapi tidak di China, di mana wabah varian Delta menyerang dengan kekuatan yang sama seperti sebelum vaksinasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com