SAN FRANCISCO, KOMPAS.com - Facebook mengubah nama korporasinya menjadi Meta, seperti yang diumumkan oleh Mark Zuckerberg.
Perubahan nama itu merupakan strategi penyedia platform media sosial tersebut dalam melebarkan sayap di luar jejaring sosial dan mengembangkan rencananya membuat dunia virtual yang disebut metaverse.
Ia mengatakan mulai sekarang perusahaannya akan mengutamakan proyek metaverse.
Baca juga: Facebook Resmi Ganti Nama Jadi Meta
Namun perubahan nama itu tidak berpengaruh pada platform medsos yang sudah dibangun, seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Artinya hanya perusahaan induk mereka yang berganti nama.
Langkah ini menyusul kritikan terhadap Facebook, berdasarkan dokumen yang dibocorkan oleh seorang mantan karyawannya.
Frances Haugen menuduh perusahaan itu menempatkan "keuntungan di atas keselamatan".
Pada 2015, Google merestrukturisasi perusahannya dengan menamakan perusahaan induknya Alphabet, namun nama itu tidak populer dikenal.
"Seiring dengan waktu, saya berharap kami terlihat sebagai sebuah perusahaan metaverse dan saya ingin menambatkan pekerjaan dan identitas kami pada apa yang sedang kami bangun," katanya dalam konferensi virtual.
"Kami sekarang melihat dan melaporkan bisnis kami sebagai dua segmen yang berbeda, satu untuk kumpulan aplikasi kami, dan satu untuk pekerjaan kami di platform masa depan.
"Dan, sebagai bagian dari ini, inilah saatnya bagi kami untuk mengadopsi merek perusahaan baru untuk mencakup semua yang kami lakukan, untuk mencerminkan siapa kami dan apa yang ingin kami bangun."
Baca juga: Facebook Ganti Nama Jadi Meta, Mark Zuckerberg Promosikan “Metaverse”
Perusahaan itu juga meluncurkan logo baru yang ditampilkan di kantor pusatnya di Menlo Park, California, pada Kamis (28/10/2021), menggantikan logo lamanya berupa jempol "Like" dengan logo pita infinity berwarna biru.
Zuckerberg mengatakan nama baru ini mencerminkan bahwa seiring waktu, pengguna tidak perlu menggunakan Facebook untuk menggunakan layanan lain dari perusahaannya.
Bagi sebagian orang, metaverse kemungkinan terkait erat dengan VR, namun sebagain lainnya percaya bahwa itu bisa menjadi masa depan internet.
Tidak hanya menggunakan komputer, orang-orang di metaverse mungkin bisa menggunakan perangkat headset untuk memasuki dunia virtual yang menghubungkan berbagai jenis lingkungan digital.
Diharapkan dunia virtual dapat digunakan untuk berbagai hal, mulai dari bekerja, bermain dan menyelenggarakan konser, hingga bersosialisasi dengan teman dan keluarga.
Facebook mengatakan akan mulai memperdangangkan sahamnya dengan judul baru "MVRS" mulai 1 Desember.
Perusahaan itu telah menghadapi berbagai pukulan terhadap reputasinya, dan The Washington Post hari ini melaporkan bahwa Facebook menahan informasi penting tentang informasi yang salah soal vaksin dari pembuat kebijakan selama pandemi.
Itu adalah yang terbaru dari serangkaian laporan berdasarkan dokumen internal yang dibocorkan oleh mantan karyawannya, Haugen, kepada media. Antara lain, laporan-laporan yang mengeklaim Facebook tidak menanggapi riset yang menunjukkan Instagram membahayakan kesehatan mental remaja, serta kesulitan menghapus ujaran kebencian dari platformnya di luar Amerika Serikat.
Zuckerberg menggambarkan rangkaian laporan media itu sebagai "upaya terkoordinasi untuk secara selektif menggunakan dokumen yang bocor untuk melukiskan gambaran palsu tentang perusahaan kami".
Baca juga: Facebook Ganti Nama Jadi Meta, Ramai Disindir Netizen Twitter