JAKARTA, KOMPAS.com – Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) tahun ini kembali menggelar Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD).
Dalam IETD 2021, tema yang diambil adalah Raih Dekarbonisasi Mendalam pada 2050: Tetapkan Target, Mobilisasi Aksi, dan Capai Bebas Emisi.
Acara tahunan tersebut bakal berfokus membahas pentingnya upaya dekarbonisasi sistem energi di Indonesia dan segera melakukan transisi energi dari energi fosil menuju pemanfaatan 100 persen energi terbarukan pada 2050.
Baca juga: 2 Juta Orang di Dunia Meninggal akibat Bencana, Makin Parah karena Perubahan Iklim
IETD 2021 akan membahas secara terperinci jalur yang Indonesia dapat tempuh untuk mencapai bebas emisi pada 2050 dengan mengundang lebih dari 60 pembicara dari Indonesia maupun internasional.
Para pembicara yang akan hadir pada IETD 2021 adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, dan Executive Secretary United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Patricia Espinosa.
Selain itu ada UN Secretary- Special Envoy on Climate Ambition and Solutions Michael Bloomberg, Chairman Rocky Mountain Institute (RMI), Amory Lovins, serta para duta besar dari negara Inggris, Denmark, dan Jepang.
Acara ini bakal digelar secara daring selama lima hari mulai 20 hingga 24 September dan akan dibuka secara resmi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif.
Baca juga: Biden Setujui Jutaan Hektar Lahan untuk Eksplorasi Migas, Kemunduran Perlawanan Perubahan Iklim
Menurut IESR, mengandalkan energi terbarukan sepenuhnya untuk sistem energi Indonesia merupakan solusi yang tepat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Pasalnya, merujuk skenario business as usual pada Nationally Determined Contributions (NDC), sektor energi fosil akan menjadi penyumbang emisi terbesar pada 2030 yakni mencapai hingga 58 persen.
Langkah transformasional untuk melakukan transisi energi perlu dilakukan tahun ini seiring dengan semakin kritisnya kenaikan suhu bumi.
Sementara itu, laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) terbaru juga memberikan pemahaman mendalam berbasis saintifik mengenai fenomena perubahan iklim.
Baca juga: Setelah Kuasai Afghanistan, Taliban Janjikan untuk Atasi Perubahan Iklim dan Keamanan Global Bersama
Laporan tersebut memprediksi bila negara di dunia tidak menerapkan langkah yang ambisius dalam memitigasi perubahan iklim, maka kenaikan suhu bumi melebihi 1,5 derajat Celcius akan berlangsung hanya dalam dua dekade mendatang.
Pada 2080-2100, kenaikan temperatur rata-rata bumi bahkan dapat mencapai 3,3 hingga 5,7 derajat Celcius.
Laporan tersebut lebih lanjut menjelaskan dampak cuaca ekstrem yang akan lebih sering terjadi ketika temperatur rata-rata bumi naik melebihi 1,5 derajat Celcius seperti hujan lebat, kekeringan, dan gelombang panas.
Yang juga mengkhawatirkan adalah beberapa perubahan tersebut tidak bisa diperbaiki.
Baca juga: Mengenang 3 Tahun Aksi Greta Thunberg Protes Perubahan Iklim