PARIS, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran mengatakan pada Selasa (20/7/2021) bahwa kasus baru Covid-19 meningkat dengan mengejutkan karena varian Delta.
Veran menyebutkan bahwa dalam 24 jam kasus baru Covid-19 dapat mencapai 18.000, seperti yang dilansir dari AFP pada Selasa (20/7/2021).
"Itu artinya, kita telah meningkatkan penyebaran virus sekitar 150 persen di akhir pekan: kita tidak pernah melihat baik Covid-19 (asli), atau varian Inggris, atau varian Afrika Selatan, atau dari Brazil," ujar Veran.
Baca juga: Pegawai Perusahaan Australia Libur Setengah Hari Saat Vaksin Covid-19
Tingkat infeksi Covid-19 saat ini paling tinggi sejak pertengahan Mei, ketika Perancis dalam memberlakukan lockdown nasional ketiga.
Perancis bersiap menghadapi gelombang infeksi Covid-19 keempat karena penyebaran varian Delta, dengan mendorong sebanyak-banyaknya masyarakat untuk vaksin.
Namun, sebagian masyarakat Perancis masih tidak yakin terhadap vaksin Covid-19.
Veran mengatakana bahwa jumlah kasus infeksi Covid-19 menunjukkan "sekarang tidak ada waktu untuk ragu-ragu dan bimbang" serta pencapaiaan kekebalaan kelompok melalui cakupan vaksin tingkat tinggi adalaha "satu-satunya cara kita...untuk menyingkirkan Covid-19 seketika dan selamanya".
Baca juga: Cerita Penyesalan Pasien Covid-19 yang Terjangkit Setelah Menolak Divaksin
Dia mengungkapkan itu ketika parlemen memperdebatkan serangkaian aturan baru yang kontroversial dengan tujuan untuk menekan jutaan orang yang menolak vaksin Covid-19 agar berubah pikiran.
Perancis saat ini hanya memiliki 45 persen dari populasi yang telah divaksinasi penuh.
Aturan baru yang ingin disahkan oleh peerintah Perancis melalui RUU, mewajibkan masyarakat untuk harus telah vaksian atau dinyatakan tes negatif Covid-19 untuk makan di restoran, pergi nonton film di bioskop, atau naik kereta jarak jauh.
Kemudian pada September, vaksin Covid-19 akan menjadi mandatori untuk pekerja perawatan kesehatan dan rumah pensiun.
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengumumkan aturan itu pada Juli, memicu masyarakat saling berebut vaksin Covid-19, yang pada awal pandemi tidak terlalu diminati.
Baca juga: Idul Adha Kedua di Tengah Pandemi Covid-19 di Seluruh Dunia
Pada Sabtu (17/7/2021), lebih dari 100.000 orang di seluruh negeri memprotes
terhadap aturan yang mereka sebut sebagai "kediktatoran" vaksin Covid-19.
Dua pusat vaksinasi dirusak dalam sepekan terakhir, dan anggota parlemen dari La Republique En Marche, partai Macron telah menjadi sasaran kecaman di media sosial.
Jaksa Paris mengatakan pada Selasa (20/7/2021) bahwa mereka sedang menyelidiki ancaman pembunuhan yang diterima oleh beberapa anggota parlemen yang telah mendukung aturan baru vaksin Covid-19.
Baca juga: Brunei Dapat 8 Kasus Covid-19 Impor dari Jakarta
Patricia Miralles, anggota parlemen La Republique En Marche yang mewakili daerah pemilihan Herault selatan, yang mencakup kota Montpellier, menerbitkan pesan yang dia terima yang mengancam anggota parlemen pro-vaksin dengan "peluru sungguhan."
Pada Jumat (16/7/2021), puluhan pengunjuk rasa anti-vaksin Covid-19 menyerbu kantor pemilihan ketua parlemen Richard Ferrand di wilayah Brittany barat, tetapi tidak menyebabkan kerusakan.
Menteri Dalam Negeri Perancis Gerald Darmanin telah memerintahkan polisi untuk meningkatkan keamanan di sekitar rumah dan kantor daerah pemilihan anggota parlemen.
Baca juga: Studi: Kematian Covid-19 di India Capai 4,7 Juta Orang, 10 Kali dari yang Dilaporkan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.