Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Akan Turun Tangan Gagalkan Kudeta Myanmar

Kompas.com - 04/02/2021, 14:26 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu (3/2/2021) mengatakan, dia akan melakukan segala cara untuk menggagalkan kudeta Myanmar.

Negara yang dulu bernama Burma itu jatuh lagi ke pemerintahan militer pada Senin (1/2/2021), setelah Aung San Suu Kyi ditangkap bersama para pemimpin sipil lainnya saat dini hari.

"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk memobilisasi semua aktor kunci dan komunitas internasional, untuk memberikan tekanan yang cukup pada Myanmar guna memastikan kudeta ini gagal," ujar Guterres dalam percakapan dengan The Washington Post.

Baca juga: Militer Myanmar Tuntut Aung San Suu Kyi atas Kepemilikan Walkie Talkie

"Setelah pemilu yang saya yakini berlangsung normal dan setelah periode transisi yang besar, sama sekali tidak bisa diterima untuk menolak hasil pemilu dan keinginan rakyat," lanjutnya dikutip dari AFP.

Lalu ketika ditanya tentang dakwaan terhadap Suu Kyi (75), begini respons Guterres.

"JIka kami dapat menyalahkannya atas sesuatu, (itu) adalah dia terlalu dekat dengan militer, dia terlalu melindungi militer."

"Saya berharap demokrasi bisa berdiri lagi di Myanmar, tapi untuk itu semua tahanan harus dibebaskan, tatanan konstitusi harus ditegakkan kembali."

Baca juga: Para Petugas Medis Myanmar Mogok Kerja sebagai Protes Kudeta Militer

Sekjen PBB juga menyesalkan Dewan Keamanan tidak menyetujui pernyataan bersama tentang kudeta Myanmar, setelah pertemuan darurat yang digagas Inggris.

Kantor berita AFP mendapat draf teks yang diusulkan awal minggu ini untuk dinegosiasikan.

Di situ Dewan Keamanan PBB mengungkapkan keprihatinan atas kudeta Myanmar, mengecamnya, dan menuntut militer segera membebaskan orang-orang yang ditahan secara tidak sah.

Dewan juga akan menuntut agar kondisi darurat di Myanmar dicabut.

Pada Rabu malam negosiasi masih berlanjut antara 15 anggota Dewan, termasuk dengan China dan Rusia.

Baca juga: Pembangkangan Sipil Makin Menguat di Myanmar, Dokter dan Staf Medis Ambil Bagian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com