Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ukraina Blokir Tiga Saluran TV, Dituding Lakukan Propaganda Rusia

Kompas.com - 04/02/2021, 10:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP News

KIEV, KOMPAS.com - Ukraina menutup beberapa saluran televisi yang dimiliki oleh politisi yang dekat memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Rusia, pada Rabu (3/2/2021).

Melansir AP, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan hal itu perlu dilakukan untuk melawan propaganda Kremlin.

Pilihan untuk menghentikan siaran dan memblokir aset tiga saluran TV Rusia itu disebutnya sebagai keputusan yang "sulit" tetapi perlu.

Dalam kicauannya di Twitter, pemimpin Ukraina itu menyatakan sangat mendukung kebebasan berbicara.

“(Tapi) bukan propaganda yang dibiayai oleh negara agresor yang merusak Ukraina dalam perjalanannya menuju integrasi UE dan EuroAtlantic. Berjuang untuk kemerdekaan adalah berperang dalam perang informasi untuk kebenaran dan nilai-nilai Eropa," tegasnya.

Ukraina telah terlibat dalam tarik-menarik dengan Rusia, yang mencaplok Semenanjung Krimea pada 2014. Rusia juga dituding memberikan dukungan dari belakang bagi pemberontak pro-Moskow di Ukraina Timur.

Konflik tersebut, yang kini memasuki tahun ketujuh, telah menewaskan lebih dari 14.000 orang dan menghancurkan jantung industri Ukraina.

Baca juga: Stasiun TV Pemerintah Rusia Bantah Istana Presiden Putin Ini Tidak Mewah

Saluran yang di blokir Ukraina antara lain 112 Ukraine, NewsOne, dan ZIK yang sekarang dimiliki pengusaha Viktor Medvedchuk.

Dia dikabarkan memiliki hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang merupakan ayah baptis putri Medvedchuk.

Medvedchuk mendukung Opposition Platform for Life, sebuah partai politik yang populer di tenggara Ukraina dan memiliki minoritas di parlemen Ukraina.

Juru bicara Zelenskiy, Iuliia Mendel mengatakan aset media Medvedchuk telah diblokir karena alasan keamanan nasional. Saluran itu disebut telah berfungsi sebagai "salah satu instrumen perang melawan Ukraina".

Mendel mengatakan di Facebook bahwa pihak berwenang mengonfirmasi bahwa aset itu dibiayai oleh Rusia.

Tiga saluran TV yang diblokir mengeluarkan pernyataan mengecam pemblokiran tersebut sebagai "represi politik". Medvedchuk menyebut Pemerintahan Presiden itu ilegal dan mengatakan dia akan mengajukan banding.

"Dengan satu goresan pena, Zelenskiy mengusir 1.500 jurnalis dan karyawan lain dari tiga stasiun ke jalan. Dia mencabut hak jutaan orang untuk menerima informasi yang obyektif," katanya dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Putusan 2,5 Tahun Penjara untuk Alexei Navalny, Kembali Memicu Protes di Seluruh Rusia

Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) menyuarakan dukungan atas upaya Ukraina yang disebut untuk melawan pengaruh jahat Rusia. Hal itu dinilai sejalan dengan hukum Ukraina, dalam mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya.

"Kita semua harus bekerja sama untuk mencegah disinformasi disebarkan sebagai senjata dalam perang informasi melawan negara berdaulat," menurut penyataan itu dalam unggahan di Facebook.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengecam pemblokiran tiga stasiun itu sebagai pelanggaran kebebasan media dan standar internasional.

"Keputusan pihak berwenang untuk memberlakukan pembatasan semacam itu pada media harus menjadi fokus perhatian organisasi keamanan dan kerja sama di Eropa dan organisasi internasional lainnya," kata Peskov dalam panggilan konferensi dengan wartawan.

Baca juga: Pantau Gencatan Senjata di Nagorno-Karabakh, Rusia dan Turki Resmikan Joint Centre

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com