Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima Akan Dibuang ke Laut, Apa Bahayanya?

Kompas.com - 19/11/2020, 11:29 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

TOKYO, KOMPAS.com - Sekitar 10 tahun setelah bencana nuklir Fukushima, tangki penampungan air tercemar radioaktif nyaris penuh dan akan dibuang ke laut, setelah air yang mengandung Tritium difilter.

Bencana Fukushima 11 Maret 2011, mengerikan untuk diingat. Sebuah gempa dahsyat berkekuatan 9,1 megnitudo mengguncang kawasan timur laut Jepang, memicu tsunami hingga setinggi 14 meter dan menghantam komplek pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.

Akibatnya, sistem pengaman ambruk, blok reaktor Fukushima nomor 1 sampai nomor 4 meledak dan mengalami peleburan inti nuklir.

Unsur radioaktif terlepas ke atmosfir. Dan lebih dari 160.000 warga dari kawasan sekitar reaktor atom Fukushima diungsikan sementara atau permanen.

Sekarang, hampir 10 tahun setelah bencana nuklir hebat di Fukushima, kondisi di sekitar reruntuhan PLTN dinyatakan stabil.

Baca juga: Abaikan Protes Nelayan, Jepang Akan Buang Limbah Radioaktif Fukushima ke Laut

Namun tempat penampungan air pendingin reaktor yang tercemar radioaktif dilaporkan nyaris penuh.

Seluruhnya ada 1.129 tangki penampung yang menyimpan 1,233 juta meter kubik air tercemar radioaktif.

Sebanyak 958 tangki digunakan menyimpan air pendingin reaktor yang sudah difilter. Sisanya 71 tangki menampung air yang tercemar radioaktif kadar tinggi unsur Cesium dan Strontium.

Karena reaktor atom yang melebur tetap harus didinginkan, dan air hujan juga masuk ke bekas PLTN, setiap harinya ada sekitar 170 ton air pendingin yang harus ditampung.

Sejak beberapa tahun lalu, pejabat keamanan atom Jepang sudah menyadari, kapasitas penampungan air limbah tercemar unsur radioaktif akan habis terpakai pada 2022. Namun apa solusinya?

Baca juga: Sebanyak 110 Kontainer Limbah Beracun Dibuang Secara Ilegal di Malaysia

Membuang air tercemar radioaktif ke laut

Perusahaan yang dulu mengoperasikan PLTN Fukushima, Tepco menyodorkan solusi paling mudah, yakni membuang air yang tercemar unsur radioaktif ringan Tritium yang sudah difilter, langsung ke laut atau menguapkan airnya hingga habis.

Alternatif lainnya, memompa dengan tekanan tinggi air tercemar radioaktif itu jauh ke perut Bumi. Atau memasang tambahan ratusan tangki penampungan baru.

Prof. Dr. Georg Steinhauser, pakar Radioekologi dari Leibniz Universität Hannover di Jerman berpendapat, pemasangan tambahan tangki penampung bukan solusi bagus.

"Menimbang kawasan yang merupakan zona risiko tinggi gempa bumi, harus dicari solusi secepatnya," kata Prof. Steinhauser seperti yang dilansir dari DW Indonesia pada Kamis (19/11/2020).

“Jika tangki penampungan bocor dan airnya meresap ke dalam air tanah, unsur Tritium akan menyebar dan mencemari lapisan air tanah yang volumenya relatif kecil dan hanya mengalami pengenceran skala kecil“, tambah profesor tamu di Universitas Fukushima ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com