Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Israel Caplok Tepi Barat, Palestina Peringatkan Bakal Ada Intifada

Kompas.com - 05/07/2020, 19:05 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

RAMALLAH, KOMPAS.com - Palestina melalui penasihat Presiden Mahmoud Abbas memperingatkan, Intifada akan kembali terjadi jika Israel nekat menduduki Tepi Barat.

Dalam wawancara dengan France24 Arabic, Nabil Shaath menyatakan jika api konflik terjadi, dia yakin akan mendapatkan sokongan dari dunia Arab.

"Ketika situasinya meningkat menjadi Intifada sepenuhnya, kita akan melihat kombinasi pasukan di Gaza dan Tepi Barat," ucap sang penasihat senior.

Baca juga: Intifada Pertama: Sepenggal Kisah dari Mereka yang Mengalaminya

Sebelumnya, Abbas memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian keamanan dengan Israel sebagai protes atas upaya aneksasi Tel Aviv.

Dilansir Russian Today Sabtu (4/7/2020), penarikan itu seolah menghilangkan hambatan hukum bagi mereka yang ingin ikut gerakan anti-Israel.

Kemudian dua faksi Palestina yang tengah berseteru, Hamas serta Fatah, juga mengatakan siap bersatu jika Tel Aviv terus memaksakan rencananya.

Dikutip AFP Kamis (2/7/2020), Fatah diwakili pejabat senior Jibril Rajub, dengan Hamas menempatkan Saleh al-Arouri dalam konferensi pers gabungan.

"Kami akan semaksimal mungkin mengedepankan persatuan nasional untuk melawan rencana pendudukan," jelas Rajub dalam jumpa pers.

Kemudian Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dalam pernyataan resmi menuturkan peristiwa ini akan menjadi "tonggak penting persatuan".

Sementara hubungan antara Israel dan Palestina tidak pernah damai, setiap konflik yang mengalami peningkatan tensi akan menjadi Intifada.

Baca juga: Hamas Serukan Palestina Lakukan Intifada

Perlawanan pertama terjadi pada 1987 sampai 1993, ketika 2.000 orang Palestina tewas sementara korban di pihak Israel mencapai 300 orang, semuanya baik sipil maupun militer.

Lalu Intifada kedua, terjadi pada awal 2000-an, berlangsung lebih parah di mana 3.000 warga Palestina dan lebih dari 1.000 orang Israel tewas.

Ketegangan tersebut menyusul rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memasukkan permukiman Yahudi di Tepi Barat ke dalam wilayahnya.

Lebih dari 480.000 orang Yahudi hidup di permukiman tersebut, menjadi pelanggaran hukum internasional karena membuat wilayah Palestina berkurang.

Rencana itu awalnya bakal dieksekusi pada 1 Juli lalu. Tetapi meleset setelah Tel Aviv berjuang mendapatkan restu dari sekutunya, AS.

Mayoritas komunitas internasional mengecam langkah itu, dengan Uni Eropa bahkan mengancam bakal menerbitkan sanksi jika diteruskan.

Baca juga: Intifada, Cara Perlawanan Terfavorit Warga Palestina atas Israel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com