Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 1.961 Km Tembok Besar China Dicuri Warga untuk Bangun Rumah

Kompas.com - 29/06/2020, 12:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Pada 29 Juni 2015 media China Global Times melaporkan, sekitar 30 persen batu bata di Tembok Besar China hilang dicuri.

Hilangnya bata-bata itu terjadi karena berbagai alasan, seperti dicuri penduduk setempat untuk membangun rumah.

Secara keseluruhan ada 1.961 kilometer (km) Tembok Besar China yang hilang, dan 1.185 km lainnya berada dalam kondisi buruk.

Data tersebut diungkap oleh statistik Administrasi Negara untuk Warisan Budaya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Perang Korea Dimulai, Tewaskan Jutaan Warga Sipil dan Militer

Laporan tersebut mengungkapkan, kerusakan akibat ulah manusia ini menjadi ancaman besar, karena beberapa warga miskin setempat mencuri batu bata Tembok Besar China untuk membangun rumah mereka atau dijual.

Situs bersejarah ini membentang sepanjang 8.000 km dan dibangun dalam dinasti yang berbeda-beda. Lebih dari 6.000 km berada di wilayah utara China.

"Warga yang tinggal di sepanjang Tembok Besar biasanya mencuri bata untuk membangun rumah, dan beberapa bagian Tembok Besar dihancurkan dalam perluasan kota atau pembangunan jalan," urai Cheng Dalin pakar komite penelitian Tembok Besar China, dikutip dari Global Times Minggu (29/6/2015).

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Ibu Melahirkan 9 Bayi Sekaligus di Australia

Kemudian Beijing Times melaporkan, maraknya tren wisatawan menjelajahi bagian Tembok Besar China yang tak terlindungi membuat kapasitas membeludak di sana.

Akibatnya, beberapa bagian tersebut rusak parah.

Di sisi lain, beberapa tempat mengembangkan sendiri destinasi wisatanya, atau bahkan mengubah sebagian tampilan Tembok Besar China menjadi sesuatu yang tak bernilai sejarah, kata Cheng.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Awal Cengkeraman Silvio Berlusconi di Italia

"Kerusakan alami seperti petir, gempa bumi, atau banjir, tetap menjadi ancaman lain bagi Tembok Besar."

"Pemerintah harus mengambil langkah-langkah berbeda dengan mempertimbangkan berbagai kondisi iklim dan geografis," ujar He Xinyu peneliti spesialis perlindungan Tembok Besar China di Museum Ningxia, kepada Global Times.

"Survei-survei tentang keadaan Tembok Besar yang dibangun pada Dinasti Ming (1368-1644) menunjukkan bahwa ada beberapa masalah untuk melindungi Tembok Besar secara teori."

"Tetapi kenyataannya, harus ada otoritas lokal untuk memperkuat penegakan hukum dan peraturan terkait," lanjut Cheng.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Turis Antariksa Pertama di Dunia, Harga Tiket Rp 309,8 Miliar

China mengeluarkan peraturan tentang perlindungan Tembok Besar pada September 2006, yang menetapkan bahwa pencuri batu bata situs warisan dunia itu dapat didenda hingga 5.000 yuan atau sekitar Rp 10 juta dengan kurs 1 yuan=Rp 2.032.

"Tetapi tidak ada organisasi khusus untuk menegakkan peraturan. Kerusakan hanya dapat dilaporkan kepada otoritas yang lebih tinggi dan sulit diselesaikan kalau terjadi di perbatasan dua provinsi," ungkap Jia Hailin direktur departemen perlindungan budaya di Tembok Besar Jinshanling, Provinsi Hebei.

Kekurangan sumber daya untuk menegakkan hukum juga menjadi masalah lain, tutur Cheng melanjutkan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Ilmuwan Korsel Ciptakan Kloning Serigala Pertama di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com