Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kim Jong Un Diduga Terluka Saat Uji Coba Rudal Korut, Ini Paparan Buktinya

Kompas.com - 27/04/2020, 14:36 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

PYONGYANG, KOMPAS.com - Seorang mantan pejabat tinggi Korea Utara menduga Kim Jong Un kemungkinan terluka saat menghadiri uji coba rudal Korut.

Lee Jeong Ho eks pejabat Room 39 sebuah organisasi yang dijalankan Partai Buruh Korea Utara mengatakan, Kim Jong Un mungkin terluka beberapa hari lalu.

Pada 14 April Korea Utara meluncurkan beberapa rudal anti-kapal jarak pendek ke laut, dan jet Sukhoi menembakkan rudal dari udara ke daratan dalam latihan militer. Latihan ini dikonfirmasi Korea Selatan.

Baca juga: Korut Tembakkan Rudal di Tengah Wabah Corona, Korsel: Sangat Tidak Pantas

Dilansir dari Mirror Senin (27/4/2020), Lee yang membelot ke Amerika Serikat mengatakan, uji coba itu tidak akan berjalan tanpa perintah dari panglima tertinggi.

Ia menyiratkan, Kim harus cukup sehat untuk memimpin uji coba rudal yang diluncurkan pukul 07.00 pagi waktu setempat.

Lebih lanjut Lee menerangkan, "Kim absen dari laporan tes, sementara tidak ada rekaman peluncuran rudal dan pelatihan pesawat tempur yang dirilis, menunjukkan kemungkinan kecelakaan tak terduga disebabkan puing-puing atau api."

Baca juga: Kim Jong Un dan Ri Sol Ju, Replika Pasangan John F Kennedy dan Jackie Kennedy

Mantan pejabat itu mengatakan, rekaman tes tidak akan diizinkan disiarkan tanpa instruksi dari Kim Jong Un, yang memicu dugaan Sang Pemimpin Tertinggi telah terluka.

Beberapa petinggi negara atau sumber mengklaim Kim Jong Un meninggal, lalu sumber lain mengatakan dia dalam keadaan vegetatif atau koma, tetapi pada Minggu (26/4/2020) dikatakan dia "masih hidup dan sehat".

Lee meyakini kabar Kim Jong Un koma setelah operasi jantung tidak mungkin.

Baca juga: Media Jepang Sebut Kim Jong Un Koma

Korea Utara tidak pernah mengumumkan siapa yang akan menjadi penerus Kim Jong Un jika dia tak lagi menjabat, dan hanya ada sedikit rincian yang diketahui tentang anak-anaknya yang masih kecil.

Para analis meyakini adik perempuannya, Kim Yo Jong, dan para loyalis dapat membentuk pemerintahan sementara sampai seorang penerus cukup dewasa untuk mengambil alih kekuasaan.

Kim Yo Jong (31) dipromosikan menjadi kepala departemen propaganda Partai Buruh Korea pada Oktober 2017.

Baca juga: Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, Dinilai Bisa Lebih Kejam dari Sang Kakak

Kim Jong Un menjadi pemimpin Korea Utara ketika ayahnya, Kim Jong Il, meninggal pada 2011 karena serangan jantung.

Setiap perubahan di singgasana pemimpin Korea Utara telah meningkatkan peluang kekosongan pemerintahan atau runtuhnya dinasti Kim, yang telah memerintah negara itu sejak didirikan pada 1948.

Sejauh ini masing-masing dari tiga Kim yang memimpin Korut telah memupus harapan itu, dan menerapkan kekuasaan tangan besi.

Namun di bawah komando Kim Jong Un, gudang senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara telah tumbuh secara substansial, memicu kekhawatiran tentang siapa yang akan mengendalikannya jika Kim Jong Un tiada.

Baca juga: Situasi Pyongyang Saat Rumor Kim Jong Un Meninggal: Panic Buying dan Helikopter Terbang Rendah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com