Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amnesia 30 Tahun, Pria Ini Ingat Karena Virus Corona

Kompas.com - 12/03/2020, 06:14 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Daily Mail

BEIJING, KOMPAS.com - Pekerja konstruksi bernama Zhu kehilangan ingatannya akibat kerusakan otak pada 1990. Dia tiba-tiba ingat asal muasal dirinya ketika menonton berita virus corona di TV.

Dilansir dari Daily Mail, Seorang pria asal China yang menderita amnesia selama 30 tahun tiba-tiba ingat kota asalnya saat menonton berita tentang virus corona yang terjadi di kota kelahirannya di layar kaca TV.

Pekerja itu bernama Zhi Jiaming (57) yang tidak bisa kembali ke rumahnya selama 3 dekade terakhir akibat kerusakan otak.

Setelah menonton tayangan berita itu, dia akhirnya bisa menghubungi keluarganya di China dengan bantuan kepolisian setempat dan berencana untuk bertemu dengan mereka sesegera mungkin.

30 tahun yang lalu, Zhu meninggalkan keluarganya agar mendapatkan pekerjaan konstruksi di China bagian Selatan, provinsi Fujian. Wilayah itu berjarak 1.300 kilometer dari kota asalnya berada, Chishui, Guizhou.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Menteri Kesehatan Inggris Positif Virus Corona | Italia Laporkan Kenaikan Tinggi Virus Corona

Dia menderita amnesia sejak menderita kerusakan otak yang diakibatkan dari kecelakaan kerja di tahun yang sama.

Zhu juga kehilangan identitasnya dan menjadi tunawisma sebelum akhirnya dia berjumpa dengan tenaga kerja lain yang sudah menikah dan bermarga Lei, yang menawari Zhu untuk tinggal bersama mereka.

Pada 2015, Zhu diajak pindah pasangan Lei untuk pindah ke Yunhe, provinsi Zhejiang di mana keluarga Lei berasal. Di wilayah itu, berjarak 1.500 kilometer dari kota asal Zhu.

Setelah Zhu pindah ke Zhejiang, memorinya mulai perlahan kembali. Suatu hari, dia menonton tayangan berita tentang virus corona yang terjadi di kota asalnya.

Zhu tiba-tiba jadi ingat dari mana dia berasal. Dia bergegas menghubungi polisi setempat yang membantunya mencarikan alamat keluarganya.

Baca juga: Meski Catatkan 9.000 Kasus Virus Corona, Iran Tetap Diapresiasi WHO

 

Zhu memiliki seorang ibu yang berusia83 tahun dan empat orang saudara kandung. Sedangkan ayah Zhu telah wafat 18 tahun yang lalu.

Ketika Zhu berhasil menghubungi sang ibu yang kini telah berusia 83 tahun melalui video call, Zhu mendengar ibunya berkata,

"Kukira aku tidak bisa berjumpa lagi denganmu, Anakku." Sang ibu bicara dengan air mata berlinang. "Aku sangat senang ternyata kamu masih ada."

Kini, setelah Zhu bisa mengingat kembali dari mana asalnya, dia merasakan seperti baru kembali ke rumah dan berkata, "Mereka membuat saya merasa nyaman."

"Saya berusaha untuk menemukan dari mana asal saya, tapi saya tidak bisa ingat banyak," ujar Zhu kepada media pers setempat.

Baca juga: WHO Umumkan Virus Corona sebagai Pandemi Global

Tetapi, Zhu yang telah dinyatakan hilang bertahun-tahun lamanya sudah tidak lagi tercatat di kota kelahirannya, berdasarkan Qianjiang Evening News.

Zhu kini tengah menanti kembali dirinya tercatat sebagai warga dari kota kelahirannya dan berharap segera berjumpa keluarga.

Berita tentang Zhu ini hadir ketika kabar tentang kasus virus corona di China mulai meredup. Pemerintah Hubei merilis sebuah pernyataan bahwa kegiatan bisnis dapat dilakukan secara normal seperti sedia kala.

Baca juga: Update Virus Corona 11 Maret: Menkes Inggris Tertular | Dokter China Dibungkam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com