TOKYO, KOMPAS.com - Merebaknya virus corona di Jepang membuat beberapa sekolah harus ditutup. Akibatnya, para pelajar punya banyak waktu luang yang biasanya tidak mereka miliki di hari biasa.
Mayumi Iijima (40), seorang penduduk Tokyo yang ditemui media AFP, mengungkapkan dirinya tidak tahu harus berbuat apa selama sekolah diliburkan.
Dia berjuang mencari cara untuk menghibur dan mendidik anak-anaknya selama masa penutupan sekolah.
Untungnya, suami Iijima memiliki fleksibilitas di tempat kerjanya, sedangkan dia sendiri diperbolehkan membawa anak-anak ke kantornya.
Iijima mensyukuri keadaan ini, tetapi mengatakan situasinya masih jauh dari ideal.
"Kami membawa bahan belajar untuk anak-anak. Mereka juga suka kerajinan."
"Saya harap sekolah segera dibuka lagi. Saya khawatir dengan pelajaran mereka," tuturnya, dikutip dari kantor berita AFP.
Baca juga: M Faufik: Virus Corona Harus Jadi Pertimbangan Batalkan Formula E
Di Jepang, Perdana Menteri Shinzo Abe menyerukan sekolah ditutup selama liburan musim semi, sampai awal April.
Data dari PBB menunjukkan lebih dari 290 juta siswa di seluruh dunia terganggu proses belajar-mengajarnya karena dampak virus corona.
Sementara itu di Hong Kong, sekolah telah ditutup sejak awal Februari dan berlangsung sampai setelah Paskah.
Banyak guru beralih ke aplikasi panggilan konferensi untuk berinteraksi dengan siswa, tapi itu butuh akses Wi-Fi yang baik dan bisa memakai komputer.
Billy Yeung seorang guru Sekolah Dasar (SD) bekerja di sebuah sekolah yang muridnya banyak berasal dari keluarga berpenghasilan rendah.
Para orang tua murid juga banyak yang tidak memahami cara mengunduh dokumen.
"Beberapa orang tua mengatakan kepada saya mereka tidak memiliki Wi-Fi di rumah," kata Yeung.
"Ada yang bilang ke saya mereka (orang tua murid) memakai data seluler untuk mengunduh materi pengajaran."
Baca juga: Mafindo: Informasi soal Virus Corona Rentan Disalahgunakan Jadi Hoaks