Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peningkatan Budaya Membaca Harus Jadi Prioritas Utama

Kompas.com - 07/02/2024, 20:46 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Plt. Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Azis menegaskan peningkatan budaya membaca harus menjadi prioritas utama sebelum peningkatan kemampuan literasi.

Dia mengungkapkan hasil riset yang dilakukannya menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak, sebenarnya tinggi.

Baca juga: Perpusnas Jalani 3 Program demi Kerek Budaya Literasi Masyarakat

Namun, masih ada hambatan dalam hal akses terhadap bahan bacaan yang berkualitas dan pendekatan yang tepat dalam pembiasaan membaca.

"Persoalan mendesak bagi kita untuk menyediakan buku bacaan yang bermutu sesuai dengan keinginan pembaca. Tidak hanya itu, pendampingan dalam membaca juga penting, terutama bagi anak-anak yang masih belajar membaca. Pembacaan harus dilakukan dengan pendekatan yang tepat, termasuk pembacaan nyaring dan pemaparan yang menarik," kata dia dalam keterangannya, Rabu (7/2/2024).

Menurutnya, kebiasaan membaca perlu dibangun sejak kecil, bahkan ketika anak masih di dalam kandungan. Hal ini menjadi fondasi kuat seiring dengan pertumbuhan anak.

"Kebiasaan membaca ini tidak dapat dibangun secara tiba-tiba, perlu adanya kebiasaan membaca pada anak sejak masih kecil," jelas dia.

Dia menambahkan, dalam mendorong kebiasaan membaca perlu adanya peran komunitas literasi, guru, dan orangtua.

Melalui Gerakan Indonesia Membaca, diharapkan terbentuk 10.000 perpustakaan baru di desa-desa, di mana masyarakat didorong untuk aktif membaca dan mengadakan kegiatan literasi.

"Gerakan Indonesia Membaca ini bukan hanya tugas Perpusnas atau pemerintah, tetapi tugas kita semua. Mari kita bangkitkan gairah untuk membaca di kalangan anak-anak kita agar mereka dapat dijejali dengan hal-hal yang baik," ajak dia.

Pendiri Reading Bugs, Komunitas Read Aloud, Roosi Setiawan mengatakan membacakan nyaring dapat menjadi kebiasaan yang terintegrasi dalam aktivitas sehari-hari, mirip dengan kebiasaan menggosok gigi.

Dia menyarankan agar kegiatan membacakan buku dilakukan secara rutin setelah menggosok gigi, untuk membentuk pola baca pada anak.

"Pemilihan buku yang sesuai dengan usia dan minat anak menjadi kunci penting dalam membacakan nyaring," kata Rossi.

Menurutnya, membacakan buku dengan suara yang disukai anak disertai ekspresi dan gestur, akan meningkatkan minat membaca anak.

"Kontak mata yang terjaga selama proses membacakan nyaring juga menjadi faktor penting dalam membangun kedekatan antara orangtua atau guru dengan anak," ungkap dia.

Baca juga: Nadiem: Hasil Literasi dan Numerasi Indonesia di PISA 2022 Meningkat

Tak hanya itu, kegiatan membacakan nyaring juga membantu dalam mengatasi masalah speech delay pada anak.

"Anak-anak yang terpapar dengan kegiatan membacakan nyaring cenderung memiliki kosakata yang lebih luas, sehingga dapat mengurangi masalah speech delay," tutur dia.

Psikolog anak, Grace Euginia Sameve menambahkan, kegiatan membacakan nyaring oleh orang tua atau guru dapat memengaruhi perkembangan tumbuh kembang anak secara holistik.

Dari segi kognitif, lanjutnya, membacakan nyaring membantu anak mengenal kosakata baru dan mengasah kemampuan berbahasa.

Baca juga: Skor Literasi Membaca PISA 2022: Indonesia Turun 12 Poin

"Dari segi psikososial, anak-anak akan merasa lebih terikat dan percaya kepada orang dewasa yang membacakan buku secara nyaring," tutup Grace.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com