Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gapai Doktor Psikologi, Rahmanto Teliti Permukiman Kumuh di Pesisir Utara Jakarta

Kompas.com - 05/01/2024, 14:43 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Rahmanto Kusendi resmi menyandang gelar Doktor Psikologi pertama di Unika Atma Jaya pada awal tahun 2024, setelah menjalani sidang terbuka pada Kamis (4/1/2024).

Dr. Rahmanto Kusendi melakukan penelitian dan penulisan disertasi dengan judul "Pengaruh Modal Sosial dan Dukungan Sosial yang Dimediasi oleh Intensi terhadap Perilaku Pro-Lingkungan pada Pemukim Wilayah Padat Kumuh Pesisir Utara Jakarta".

Studi ini berfokus pada permukiman kumuh pesisir utara Jakarta, dengan ciri kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan area terbatas dan memiliki permasalahan lingkungan berdampak pada kualitas pemukimnya.

Baca juga: Prof. Yuda Turana Jadi Rektor Unika Atma Jaya Periode 2023-2027

"Tidak ada lingkungan kumuh, tapi yang ada adalah perilaku kumuh yang membuat lingkungan menjadi rusak," ujar Dr. Rahmanto Kusendi dalam keterangan resminya, Jumat (5/1/2024).

Dr. Rahmanto juga menegaskan bahwa adanya lingkungan kumuh merupakan akibat dari perilaku kumuh yang dilakukan oleh masyarakat. Maka intervensi perilaku menjadi sangat penting sebagai bagian dari penelitian disertasinya.

Hal ini juga merupakan bagian dari program perilaku pro lingkungan pada pemukim wilayah padat kumuh pesisir utara Jakarta.

Penelitian ini dapat memberikan input sebagai peta awal pengambil keputusan, terutama pemerintah sebagai regulator kebijakan perkotaan, serta keterlibatan LSM dan masyarakat itu sendiri.

Manfaat penelitian permukiman kumuh ini juga secara garis besar memberikan kontribusi model teori terbaru tentang perilaku penyebab langgengnya kawasan kumuh di perkotaan terutama pesisir utara Jakarta, dengan pendekatan teori psikologi dan keilmuan lain yang berhubungan agar didapat suatu saran kebijakan bagi pemangku kepentingan.

Pada kenyataannya, sebut dia, penanganan permukiman kumuh masih berfokus pada intervensi fisik perbaikan bangunan, lingkungan, dan infrastruktur semata dengan mengabaikan faktor sosial dan psikologis perilaku manusia, potensi ekonomi, kebiasaan hidup serta budaya kehidupan pemukim.

"Hal tersebut menjadi faktor penyebab langgengnya permukiman kumuh perkotaan," ungkap Dr. Rahmanto Kusendi.

Lanjut dia menyatakan, dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa modal sosial memiliki andil yang kuat untuk membentuk perilaku dengan keberpihakan dan berkelanjutan pada lingkungan.

Baca juga: UMM Kukuhkan 2 Guru Besar, Salah Satunya Joko Widodo

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan termasuk pemerintah untuk melakukan pengembangan kebijakan pengelolaan lingkungan pesisir, serta memperlakukan lingkungan dengan baik sesuai dengan standar lingkungan yang ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah RI No. 32 tahun 2009.

Dalam sidang tersebut, dengan promotor Prof. Hana R. G. Panggabean menyampaikan, penelitian ini sangat penting, dengan topik yang bermanfaat dalam kondisi sosial di Indonesia, terutama daerah kumuh.

Hal ini juga sesuai dengan keunggulan Unika Atma Jaya pada tingkat Nasional dan Internasional terkait topik social responsibility.

Beberapa perilaku dengan keberpihakan pada lingkungan, seperti:

  1. Efisiensi penggunaan energi dari peralatan hari-hari yang digunakan.
  2. Meminimalkan penggunaan bahan bakar pada alat transportasi.
  3. Meminimalkan limbah.
  4. Recycling.
  5. Mengurangi konsumerisme.
  6. Aktif kontribusi melestarikan lingkungan.

Baca juga: Unika Atma Jaya Punya 28 Guru Besar Tetap

Unika Atma Jaya sebagai institusi pendidikan yang menerapkan tri dharma perguruan tinggi mengharapkan agar hasil dari penelitian yang telah dilakukan di tengah masyarakat juga dapat bermanfaat bagi keberlangsungan perkembangan masyarakat, serta membantu pemerintah dalam membuat kebijakan publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com