Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Imam Farisi
Dosen

Dosen FKIP Universitas Terbuka

Hulunisasi, Hilirisasi, dan Komersialisasi Hasil Riset, Invensi, serta Inovasi

Kompas.com - 06/12/2023, 14:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

IDEALNYA setiap riset, invensi dan/atau inovasi yang telah dilakukan oleh civitas academica perguruan tinggi (PT) mempunyai dua nilai (value), yaitu nilai akademik dan/atau nilai non-akademik.

Nilai akademik riset, invensi dan/atau inovasi diperoleh setelah hasilnya dipublikasikan, didiseminasikan, dan/atau didaftarkan Hak Kekayaan Intelektual/HKI-nya (hak cipta, paten, desain industri, merek, rahasia dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu/DTLST).

Nilai non-akademik riset, invensi dan/atau inovasi diperoleh setelah hasilnya berupa Kekayaan Intelektualnya dihilirisasi, dihulunisasi dan/atau dikomersialisasi melalui kerja sama kemitraan strategis dengan mitra (lembaga/instansi, DUDI, atau masyarakat luas).

Kedua nilai tersebut secara parsial atau simultan menunjukkan reputasi akademik kualitas kinerja dan kekuatan PT dalam bidang penelitian dan pengembangan; pengaruh dan dampaknya bagi komunitas keilmuan serta bagi kemajuan pendidikan tinggi, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi secara luas.

Kedua nilai tersebut juga merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu IKU-5 yang meniscayakan karya-karya akademik dosen PT mendapatkan rekognisi nasional/internasional dan/atau diterapkan oleh masyarakat/DUDI/pemerintah (Permendikbudristek 210/2023).

Perguruan tinggi kini dipacu untuk menghasilkan riset, invensi, dan inovasi bermutu sebagai modal penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Melalui riset, invensi, dan inovasi PT diharapkan dapat membawa teknologi baru, produk baru yang membantu menjawab tantangan global, cara baru memproduksi barang, meningkatkan produktivitas, meningkatkan daya saing, menciptakan lapangan kerja baru dan membantu meningkatkan kualitas hidup.

Hilirisasi

Hilirisasi merupakan aktivitas pengembangan lebih lanjut hasil-hasil riset, invensi, dan/atau inovasi agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, lembaga/instansi, dan DUDI (Kemristekdikti, 2019).

Bisa juga dimaknai sebagai prosedur atau cara untuk mendekatkan hasil-hasil riset, invensi, dan/atau inovasi kepada penggunanya, yaitu masyarakat umum, lembaga pemerintahan, atau industri (Astirin, 2018).

Hilirisasi juga dapat dimaknai sebagai kegiatan difusi hasil-hasil riset dan inovasi kepada masyarakat yang diharapkan dapat menambah jumlah lapangan pekerjaan yang bisa untuk meningkatkan taraf hidup kehidupan masyarakat atau untuk pemberdayaan Masyarakat (Rogers, 1983).

Dalam hilirisasi, kerja sama-kemitraan dengan masyarakat/DUDI/pemerintah terjadi di akhir, setelah riset, invensi, dan/atau inovasi berakhir, dan siap mereka manfaatkan.

Di Indonesia, hilirisasi hasil riset, invensi dan/atau inovasi civitas academica PT digaungkan kembali oleh mantan Menristekdikti Mohamad Nasir tahun 2015 (Republika, 23/09/2015).

Sejatinya, hilirisasi merupakan ekstrapolasi konsep link and match yang sudah dimulai sejak era Mendiknas Wardiman Djojonegoro (1993—1998).

Sebuah konsep yang berupaya untuk menjembatani dan mendekatkan PT dengan masyarakat dan/atau DUDI, baik kurikulum, lulusan, maupun produk/keluaran riset, invensi dan/atau inovasinya.

Melalui hilirisasi akan ada manfaat tambahan yang bisa diterima baik oleh PT, lembaga/masyarakat, dan/atau DUDI, serta tidak terhenti publikasi dan diseminasi yang hanya bermanfaat dan bisa dinikmati oleh kalangan tertentu secara terbatas.

Diakui bahwa hilirisasi hasil-hasil riset, invensi, dan/atau inovasi tidak selalu mudah diwujudkan, bahkan tidak jarang pula berakhir dengan “kegagalan”, karena sejumlah faktor.

Di antaranya adalah rentang waktu riset dan inovasi yang sangat panjang, biaya besar, fasilitas tidak lengkap, SDM tidak sesuai, perbedaan kemauan antara peneliti dan industri.

Dalam hal relasi antara PT dan mitra, faktor utamanya adalah kerap ditemukan pihak mitra, terutama DUDI hanya memikirkan produk jualan, sementara peneliti hanya/lebih beriorientasi pada kecanggihan teknologi.

Mempertemukan kedua aspek tersebut bukanlah hal yang mudah dan memerlukan waktu yang panjang.

Hulunisasi

Untuk menjembatani dan mempertemukan keinginan PT dan mitra atas produk riset, invensi, dan/atau inovasi, sejumlah PT ada yang memilih membangun kerja sama dengan mitra melalui program hulunisasi dibandingkan hilirisasi, atau antara hilirisasi dan hulunisasi dilakukan secara simultan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com