Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Main HP Saat Hujan Bisa Tersambar Petir? Ini Penjelasan Pakar UMM

Kompas.com - 01/12/2023, 18:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat ini sejumlah wilayah di Indonesia telah memasuki peralihan dari musim kemarau ke hujan. Beberapa wilayah bahkan sudah mengalami hujan deras disertai petir

Menghadapi perubahan cuaca dan mencegah sambaran petir, Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Machmud Effendy mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Utamanya saat hujan datang disertai petir.

Baca juga: Kisah Retno, Guru PJOK yang Dapat Penghargaan dari Presiden Jokowi

Dia mengatakan, secara prinsip petir mengandung muatan listrik negatif sehingga akan selalu mengincar sesuatu yang memiliki muatan listrik positif, termasuk diantaranya bumi.

Kelalaian masyarakat terhadap munculnya petir bisa berbahaya. Tak jarang pula, kehadirannya menimbulkan kerugian secara material hingga jatuhnya korban jiwa.

Petir kerap mengincar bangunan-bangunan yang tinggi dan luas serta memiliki banyak aliran listrik. Bangunan itu berpotensi lebih besar terkena sambaran petir, seperti misalnya rumah tempat tinggal, fasilitas perkantoran, gedung olahraga, gedung pemerintahan dan gedung-gedung sejenisnya,” jelasnya.

Baca juga: 6 Manfaat Semangka Atasi Asam Urat dan Kolesterol Kata Ners UM Surabaya

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Machmud menyampaikan, masyarakat perlu memiliki edukasi yang memadai terkait cara melindungi diri dari petir.

Di antaranya dengan memantau ramalan cuaca secara berkala, menjauhi tempat terbuka ketika cuaca buruk, serta meminimalisir penggunaan listrik dan telepon genggam ketika sedang hujan.

"Penggunaan listrik dan telepon genggam yang menimbulkan radiasi berpotensi juga menjadi jalur bagi arus petir yang dapat membahayakan manusia. Termasuk juga ketika mengoperasikannya saat berada di dalam mobil,” tambahnya.

Selain menjauhi aktivitas yang berhubungan dengan kelistrikan, penggunaan penangkap atau penangkal petir juga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi peluang terjadinya sambaran petir.

Masyarakat kerap mengira bahwa kedua alat ini sama, tapi pada dasarnya berbeda.

Penangkap petir bekerja dengan cara menangkap petir yang menyambar, kemudian menyalurkan ke tanah dengan tegangan serendah-rendahnya. Sementara itu, penangkal petir menggunakan listrik tegangan yang sangat tinggi sehingga petir dapat langsung dimentahkan.

"Kesalahpahaman masyarakat ini menjadi bukti kurangnya edukasi dan mispersepsi tentang petir. Meski tujuannya sama, penangkap dan penangkal listrik memiliki fungsi yang berbeda. Penangkap listrik biasanya digunakan pada skala kecil menengah, seperti rumah tangga, industri mikro, hingga gedung perkantoran kecil. Penangkap listrik juga dinilai efisien karena jauh lebih terjangkau dari segi biaya,” ulasnya.

Sementara itu, penangkal listrik membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal, bahkan mencapai dua puluh kali lipat.

Hal tersebut disebabkan oleh mahalnya biaya pembelian alat yang mampu memproduksi listrik hingga tegangan lebih dari 40.000 volt.

“Di samping harganya yang cenderung mahal, alat penangkal listrik memiliki jangkauan yang sangat luas," katanya.

Baca juga: Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut, Rektor UGM: Pilih Obat Harus Bijak

Ia mengatakan satu alat penangkal listrik dapat menjangkau bahkan hingga radius 50 meter.

Sehingga alat ini cocok untuk digunakan dalam lingkup yang lebih luas, seperti kawasan industri, kawasan perkantoran, pabrik dan gedung olahraga.

Alat ini juga memiliki berbagai keuntungan lain seperti penggunaan sistem elektro statis.

"Sehingga pantulan listrik yang dihasilkan tidak menimbulkan radiasi apapun yang dapat membahayakan lingkungan maupun manusia,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com