Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Galih, Guru SD yang Lulus S2 dari University College London

Kompas.com - 28/11/2023, 13:22 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Sebagian orang mungkin berpikir bahwa menjadi guru sekolah dasar (SD) cukup bergelar S1 dan punya kemampuan mengajar. Tentu anggapan dan pilihan tersebut tidak salah.

Namun bagi Galih Sulistyaningra, menjadi guru SD justru membutuhkan pengetahuan luas untuk hadirkan pendidikan berkeadilan sejak dini.

Galih adalah lulusan sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Baca juga: Biaya Sekolah di SMA Taruna Nusantara Jalur Beasiswa, Apakah Gratis?

Dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2 ke luar negeri dengan mengambil Education Planning, Economics and International Development di University College London (UCL) pada tahun 2019.

UCL adalah salah satu kampus top dunia di Inggris. Berdasarkan QS World University Ranking 2023, UCL berada di urutan nomor sembilan dari kampus terbaik dunia. Kebetulan pula Galih menjadi perempuan asal Indonesia pertama di jurusan yang dipilihnya.

Setahun tamat mengenyam ilmu, Galih pulang ke tanah air dan kini menjadi guru di SD Petojo Utara, Jakarta Pusat.

Bukan tanpa alasan dan tujuan yang membuat Galih memutuskan melanjutkan studi di Inggris. Melihat timpangnya kualitas pendidikan, literasi, dan pedagogi kritis telah menjadi pergumulan yang mendorongnya untuk ingin menimba ilmu kembali.

"Saya disadarkan kalau ternyata kita itu selama belajar di sekolah ada satu gaya belajar yang seharusnya tidak dilakukan. Mungkin ini jadi salah satu dosa besar para pendidik di zaman dulu gitu ya," kata Galih dilansir dari laman LPDP Kemenkeu, Selasa (28/11/2023).

Masih banyak cerita-cerita menarik lainnya yang beriring mendorong Galih untuk melanjutkan studi dan menaikkan kualitas guru SD.

Dia juga mengungkapkan banyak pikiran dan pandangannya terkait bagaimana kualitas pendidikan dan pembelajaran di Indonesia seharusnya terjadi.

Datang dari keluarga besar pendidik

Galih lahir dan tumbuh di keluarga besar para pendidik. Dari orangtua, tante, paman, semuanya berprofesi sebagai guru.

Keluarga, sebut dia, sangat ingin agar Galih bisa melanjutkannya.

Baca juga: Syarat Masuk SMA Taruna Nusantara, Cek Biaya Sekolahnya

Mulanya Galih enggan menjadi guru karena ingin menggeluti profesi lain yang lebih dari sekedar mengajar.

Namun jalan hidupnya justru terus mendekat ke dunia pendidikan. Hingga akhirnya Galih memulai debut pekerjaannya sebagai pendidik saat bergabung di lembaga pendidikan yang menekuni bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM).

Saat itu, Galih bergabung ketika sedang menunggu jadwal wisuda di UNJ. Di sana Galih menangani anak-anak yang mahir berbahasa Inggris dengan kurikulum berstandar Amerika Serikat. Mereka berlatar dari ekonomi kelas menengah atas.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com