Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Galih, Guru SD yang Lolos Beasiswa LPDP ke UCL

Kompas.com - 26/11/2023, 14:37 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebanyakan orang berpikir jika ingin menjadi guru cukup lulus dari jenjang S1 saja. Kalaupun ingin mengambil S2 tentu kampusnya cukup dari dalam negeri.

Tetapi berbeda dengan sosok Galih Sulistyaningra. Ia adalah lulusan S2 dari kampus ternama luar negeri yang justru kembali ke Indonesia dan menjadi guru SD.

Galih adalah lulusan sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). 

Ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2 ke luar negeri dengan mengambil Education Planning, Economics and International Development di University College London (UCL) pada tahun 2019.

Baca juga: Kisah Mujab, Lulusan UI Gapai Beasiswa LPDP ke Inggris berkat Doa Ibu

UCL sendiri adalah salah satu kampus top dunia di Inggris. Berdasarkan QS World University Ranking 2023, UCL berada di urutan nomor sembilan dari kampus terbaik dunia.

Kebetulan pula Galih menjadi perempuan asal Indonesia pertama di jurusan yang dipilihnya dan ia lolos beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau LPDP.

Setahun tamat mengenyam ilmu, Galih pulang ke tanah air dan kini menjadi guru di SD Petojo Utara, Jakarta Pusat. Bukan tanpa alasan dan tujuan yang membuat Galih memutuskan melanjutkan studi di Inggris.

Ia melihat timpangnya kualitas pendidikan, literasi, dan pedagogi kritis telah menjadi pergumulan yang mendorongnya untuk ingin menimba ilmu kembali.

“Saya disadarkan kalau ternyata kita itu selama belajar di sekolah ada satu gaya belajar yang seharusnya tidak dilakukan. Mungkin ini jadi salah satu dosa besar para pendidik di zaman dulu gitu ya,” ujar Galih dilansir dari laman LPDP, Minggu (26/11/2023).

Keluarganya adalah pendidik

Galih lahir dan tumbuh di keluarga besar para pendidik. Dari orangtua, tante, paman, semuanya berprofesi sebagai guru. Keluarganya sangat ingin agar Galih bisa melanjutkannya.

Mulanya Galih enggan menjadi guru karena ingin menggeluti profesi lain yang lebih dari sekedar mengajar. Namun jalan hidupnya justru terus mendekat ke dunia pendidikan. Hingga akhirnya Galih memulai debut pekerjaannya sebagai pendidik saat bergabung di lembaga pendidikan yang menekuni bidang STEM (Science,Technology, Engineering, Mathematics).

Baca juga: Kisah Nyoman, Lulusan Cumlaude ITB yang Lolos Beasiswa LPDP ke MIT

Saat itu Galih bergabung ketika sedang menunggu jadwal wisuda di UNJ. Di sana Galih menangani anak-anak yang mahir berbahasa Inggris dengan kurikulum berstandar Amerika Serikat.

Mereka berlatar dari ekonomi kelas menengah atas. Dari pengalamannya mengajar di sejumlah sekolah-sekolah elit taraf internasional Jakarta inilah yang justru memunculkan keresahannya atas timpangnya kualitas pendidikan anak-anak lain yang tak mendapat akses setara.

Galih kemudian berkomitmen mendalami perencanaan dan kebijakan terkait pendidikan yang menurutnya dapat bermuara tidak hanya pada perkembangan anak didik, tetapi juga laju pertumbuhan ekonomi negara. Keinginannya untuk mengambil studi S2 pun semakin meningkat.

Sempat dicibir lanjut S2

"Sarjana pendidikan ya ngajar di sekolah. Jadi guru PNS!” begitulah Galih menirukan tanggapan keluarganya sendiri.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com