Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keunikan SMA Kolese De Britto, Siswa Boleh Gondrong hingga Berpakaian Bebas

Kompas.com - 10/10/2023, 10:49 WIB
Mahar Prastiwi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - SMA Kolese De Britto Yogyakarta mengusung konsep pendidikan bebas yang diterapkan di lingkungan sekolah.

Konsep pendidikan bebas ini tidak hanya bisa dilihat dari penampilan anak-anak SMA Kolese De Britto yang cukup nyentrik. Tetapi nilai kebebasan yang diterapkan di SMA Kolese De Britto ini juga berpengaruh dalam pola pikir para siswanya.

Keunikan siswa SMA De Britto dari penampilan luarnya, seperti siswanya yang diperbolehkan berambut panjang, ke sekolah boleh menggunakan pakaian bebas tapi sopan dan diperbolehkan menggunakan sepatu sandal.

Perlu diketahui bahwa SMA Kolese De Britto merupakan sekolah swasta khusus siswa laki-laki yang berada di Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Baca juga: Siswa SMA Kolese De Britto Boleh Berambut Gondrong Mulai 1976

Siswa berani menyampaikan aspirasi

SMA Kolese De Britto berada di bawah naungan Yayasan De Britto yang secara ex officio diketuai oleh romo Jesuit sebagai rektor kolese.

Dilansir dari laman resmi SMA Kolese De Britto, ketika jabatan rektor dipegang oleh Romo J. Oei Tik Djoen, S.J. pada tahun 1973, di SMA Kolese De Britto dicanangkan pendidikan bebas.

Konsep pendidikan bebas ini merupakan jawaban terhadap keadaan masyarakat yang kurang bisa menerima pendapat yang berbeda dari pendapat umum, khususnya sekitar tahun 1960-1970.

Masyarakat lebih mementingkan penampilan luar daripada motivasi dari dalam. Para pendidik di SMA Kolese De Britto merasa bahwa para siswa harus berpendapat sendiri.

Menurut Kepala Sekolah SMA Kolese De Britto F.X. Catur Supadmono, bentuk kebebasan yang dia rasakan langsung selama ini adalah,anak-anak berani menyampaikan aspirasi atau pendapat mereka.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 University of Melbourne, Tunjangan Rp 366 Juta Per Tahun

Sebagai kepala sekolah, dia sering ditemui langsung oleh para siswa yang ingin menyampaikan uneg-uneg mereka jika ada kebijakan sekolah yang dinilai kurang sreg.

"Cara berpikir siswa jika merasa tidak sesuai dengan yang dipikirkan mereka. Siswa akan datang ke saya atau ke waka humas jika merasa ada sesuatu yang tidak sreg di hati mereka," kata F.X. Catur Supadmono kepada Kompas.com.

Sekolah meyakini kebebasan itu selalu berkaitan dengan cara orang berpikir, cara orang bertindak dan cara orang mengambil keputusan.

Baca juga: Indofood CPB Buka Lowongan Kerja D3-S1, Fresh Graduate Bisa Daftar

Siswa tidak ragu mengambil keputusan

Sehingga ketika anak diberi ruang, diberi kemerdekaan untuk menentukan banyak hal maka anak akan bertumbuh secara dewasa.

Siswa akan mengambil keputusan secara baik dan benar, tidak serampangan, bertanggungjawab hingga menggunakan suara hati, imajinasi dan lain sebagainya.

"Itu yang ingin kami raih dari kebebasan atau kemerdekaan yang kami ciptakan di SMA Kolese De Britto," imbuh F.X. Catur Supadmono.

Menurutnya, ujung dari kemerdekaan ini harapannya semua orang dalam konteks pendidikan berarti siswa, guru, karyawan itu mampu menaklukkan diri, membuat keputusan tanpa dipengaruhi rasa lekat tidak teratur pada dirinya.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 Perancis Tanpa Wawancara, Uang Saku hingga Rp 27 Juta

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com